Merek-merek alat musik dan perlengkapan musik Indonesia mendapatkan respon positif dari pecinta musik di Amerika Serikat. Terlihat dari transaksi potensial yang dibukukan paviliun Indonesia pada National Association of Music Merchants (NAMM) Show 2018.
Kepala Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles Antonius A Budiman mengatakan pada perhelatan tersebut, Indonesia berhasil membukukan transaksi potensial sebesar US$ 1,5 juta. “Nilai ini masih akan terus bertambah mengingat beberapa buyer masih dalam tahap negosiasi,” jelas dia, Jakarta, Kamis (8/2).
Capaian tersebut dianggap yang membanggakan. Pasalnya, Indonesia baru pertama kali berpartisipasi pada pameran alat musik terbesar di dunia itu. Ajang ini merupakan tempat berkumpulnya industri produk alat musik, suara, dan teknologi global yang berasal dari 139 negara dengan potensi daya beli lebih dari US$ 10 miliar.
Dalam acara yang digelar pada 25-28 Januari 2018 di Anaheim Convention Center, California itu, paviliun Indonesia menampilkan merek Stephallen Guitars, iVee Guitars, dan Sugar Amp. Stephallen Guitars menampilkan Neoclassic Series, Roadstar, dan juga The Apoda Headless Signature Series. Stephallen Guitars merupakan produsen gitar terkemuka di Indonesia dan masuk dalam Top 25 Indonesia Exotic Brand 2017 versi Majalah SWA.
Sementara itu, Sugar Amps menghadirkan penguat suara varian terbaru, yaitu Sugar GX15 Mpu Gandring, salah satu penguat suara atraktif yang terbuat dari kayu sonokeling dengan ornamen klasik Jawa. Selain itu, Sugar Amp juga menampilkan seri Jarambah, Baklava, dan Brownicoustic.
Sedangkan iVee Guitars menghadirkan Jr Special Manggani Dragon II, newt-reso Gayo, Red Queen a Red Special Salute, dan new-T Barong. Gitar kualitas premium yang ditampilkan ini menjadi salah satu incaran kolektor gitar kelas dunia. iVee Guitars juga mendapatkan kehormatan sebagai satu-satunya merek Indonesia yang mendapat undangan khusus dari penyelenggara.
Indonesia sebagai negara asal alat musik telah dikenal reputasinya dalam memproduksi alat musik merek dunia dengan skema Original Equipment Manufacturer (OEM). Dalam skema OEM, alat musik Indonesia dikemas dengan merek dunia seperti Ibanez, Fender, Cort, dan Wild Custom. Kekayaan budaya Indonesia yang ditampilkan dalam berbagai elemen alat musik dan penguat suara berkualitas premium menjadikan merek Indonesia memiliki ciri khas, yang berbeda dari produk sejenis.
“ITPC LA akan terus mendukung produsen Indonesia memasuki pasar AS, tidak hanya sebagai sumber merek AS, namun mengangkat mereknya sendiri di pasar AS,” ungkap Antonius.
Pada periode Januari-Oktober 2017 ekspor alat musik Indonesia ke AS meningkat sekitar 19,93% atau sekitar US$ 133,8 juta dibanding periode yang sama 2016. Namun, untuk produk penguat suara mengalami penurunan sebesar 17,45% atau sebesar US$ 60,9 juta pada periode Januari-Oktober 2017 dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Untuk itu, Indonesia terus berupaya mempromosikan merek Indonesia di pasar AS.
“Untuk partisipasi The NAMM Show berikutnya, Indonesia akan memperluas promosi alat dan teknologi musik Indonesia dengan membawa produsen gitar, drum, efek gitar, pemetik gitar, dan aksesori musik lainnya,” kata Antonius.
Impor AS dari dunia untuk produk alat musik meningkat sebesar 3,81% pada periode Januari-Oktober 2017 menjadi US$ 1,06 miliar dari sebelumnya US$ 1,03 miliar pada periode yang sama di 2016. Impor produk penguat suara dan pengeras suara juga meningkat sebesar 4,29% pada periode Januari-Oktober 2017 dari periode yang sama di 2016.
Indonesia merupakan negara asal impor alat musik AS peringkat kedua dengan pangsa pasar 12,56% atau sebesar US$ 133,8 juta. Saat ini, China menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar 41,58% atau US$ 442,8 juta pada periode Januari-Oktober 2017. Pada periode yang sama, Jepang berada diperingkat ketiga dengan nilai US$ 133,8 juta, diikuti Meksiko di peringkat keempat dengan nilai US$ 61,7 juta.
Peringkat Indonesia sebagai negara asal impor AS untuk produk penguat suara dan pengeras suara lainnya mengalami fluktuasi selama tiga tahun terakhir. Indonesia menempati urutan kedelapan pada 2015 kemudian menjadi urutan keenam pada 2016, menyaingi Jerman dan Taiwan. Akan tetapi pada periode Januari-Oktober 2017 kembali di urutan kedelapan.