close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi/AntaraFoto
icon caption
ilustrasi/AntaraFoto
Bisnis
Rabu, 14 Maret 2018 09:42

Pelaku pasar optimistis rupiah tidak akan tembus Rp15.000

Level psikologis yang paling rasional berada pada angka Rp14.200 per dollar AS.
swipe

Meski nilai tukar rupiah melemah sejak awal tahun, analis menilai tekanan tidak akan sampai pada level Rp15.000 per dollar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp13.731 dibanding posisi sebelumnya Rp13.735 per dollar AS.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo, mengatakan nilai tukar rupiah tidak akan melemah hingga ke level Rp15.000 per dollar AS dalam waktu dekat. Pernyataan itu sekaligus menepis ramalan lembaga pemeringkat intenasional Standard & Poor's Global Ratings."Angka yang rasional Rp14.200 per dollar AS karena sudah pernah diuji di level tersebut," ungkapnya.

Lucky menilai, level psikologis yang paling rasional berada pada angka Rp14.200 per dollar AS. Sebab, pelaku pasar akan menghitung level yang pernah dicapai oleh mata uang Garuda tersebut.

Nilai tukar rupiah memang masih berpotensi mengalami pelemahan. Seiring adanya ketidakpastian global yang disebabkan rencana pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral AS The Federal Reserve pada 22 Maret 2018. 

Kondisi ekonomi Tanah Air, terbilang masih bisa bertahan terhadap tekanan aliran dana asing penyebab pelemahan rupiah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di level 5,19%.

"Pelemahan rupiah 1,5% sejak awal tahun sampai menyentuh Rp13.800 per dollar AS pernah terjadi pada 2016 dan 2015, sama saja," tuturnya.

Analis PT KGI Sekuritas Indonesia, Yuganur Wijanarko mengatakan, pelemahan rupiah selama beberapa pekan terakhir merupakan efek dari global. 

Rentang pergerakan rupiah Rp13.200-13.400, kemudian menjadi Rp13.600-13.800. Setiap 1% pelemahan kurs rupiah berpengaruh pada 0,4% penurunan laba emiten perbankan dan 0,2% laba nonperbankan.

Bank Indonesia telah melakukan intervensi menggunakan cadangan devisa agar nilai tukar rupiah tidak terus tertekan. 

Posisi cadangan devisa Indonesia di akhir Februari 2018 sebesar 128,06 miliar dollar AS atau menurun 3,92 milliar dollar AS dari Januari 2018.

Pernyataan resmi Bank Indonesia menyebutkan  penurunan tersebut terjadi karena keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah, pembayaran utang luar negeri pemerintah dan menurunnya penempatan valuta asing perbankan di Bank Sentral.

Senior Director Corporate Ratings S&P Global Ratings Xavier Jean memang pernah memprediksi depresiasi rupiah menuju Rp15.000 per dollar AS harus diperhatikan. Pelemahan tersebut tidak akan secara langsung berdampak terhadap aliran dana asing, tetapi pada perusahaan yang operasionalnya berupa valuta asing.

Lembaga pemeringkat itu menilai kurs Rp15.000 per dollar AS sebagai level psikologis. Namun, level tersebut tidak menjadi masalah besar seperti pada 2015 lantaran kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan periode tersebut.

 

img
Sukirno
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan