Pelindo I buka peluang asing kuasai 49% saham di Kuala Tanjung
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) membuka peluang masuknya investor asing hingga 49% di Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatra Utara.
M. Nur Sodiq, Direktur Keuangan Pelindo I, mengatakan hingga saat ini, calon-calon investor masih dalam proses untuk masuk. Mereka diproyeksi akan membawa pendanaan untuk investasi dan pemasaran.
Saat ini, Pelindo I telah bekerja sama dengan Port Rotterdam untuk pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung tahap I. Kerja sama itu masih berupa operasional yang belum memasukkan skema investasi.
"Untuk tahap I, saham tetap 100% dipegang oleh kami, tetapi nanti untuk tahap II mereka (investor) akan diberikan kesempatan (berinvestasi) sampai 49%," kata Sodiq di Jakarta, Senin (19/11).
Menurut dia, persentase 49% ini merupakan nilai gabungan yang akan digenggam bersama antara Port Rotterdam dengan sejumlah investor lain.
Pada saat bersamaan, Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahayana, menambahkan setidaknya ada tujuh perusahaan multinasional yang berminat berinvestasi pada pengelolaan di Pelabuhan Kuala Tanjung.
Sampai sekarang, Pelindo I tengah menindaklanjuti ketertarikan tujuh dari 17 investor asing itu melalui penasihat. Namun, untuk tahap awal, investor asing hanya akan melakukan kerja sama pengelolaan operasional.
"Belum (pegang saham). Karena tahap I operasional ketika di-launch itu belum ada apa-apa. Jadi investor asing itu (masih) wait and see," kata dia.
Sejumlah perusahaan yang menyatakan minat itu di antaranya, DP World, Red Sea Gateway Terminal, Mwani Ports, APM Terminal, Adani Ports, dan Ningbo Ports.
Perusahaan-perusahaan ini nanti akan diberi penilaian, mulai dari aspek teknis pelabuhan, maritim, struktur keuangan hingga manajemen perusahaan. Penilaian akan dilakukan oleh Drewry Consultant, Danareksa, dan PricewaterhouseCoopers (PwC).
Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung yang ditargetkan akan menjadi hub internasional itu menelan biaya investasi Rp38 triliun dalam tiga tahap. Tahap pertama Rp4 triliun, kedua Rp11 triliun, dan ketiga Rp23 triliun.
Hingga saat ini, pembangunan tahap I telah mencapai 99,5%. Ditargetkan, proyek pembangunan pelabuhan terbesar di Sumatra itu bakal rampung pada pekan kedua Desember 2018.
Pada pekan pertama, sudah dilakukan uji coba untuk melakukan ekspor dari Kuala Tanjung ke Asia Utara, China dan Taiwan.
"Saat ini kita dalam proses negosiasi untuk ekspor punya kargo Unilever, kargo Wilmar, dan kargo pabrik rokok Sintar. Ketiga pabrik ini lokasinya berdekatan dengan Kuala Tanjung." jelas Bambang.
Dia menegaskan, Pelindo I telah mengantongi semua perizinan. Mulai dari izin operasi dari Kementerian Perhubungan dan izin kepabeanan dari Dirjen Bea dan Cukai. "Jadi ini tinggal mematangkan untuk kepentingan pelaksanaan," ujarnya.
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) menandatangani kerjasama dengan Bank Himbara yang teridiri atas Bank Mandiri (Persero) Tbk, Bank BRI (Persero) Tbk dan Bank BNI (Persero). Dari kerja sama itu, PT Pelindo I mendapat dana segar untuk pembiayaan investasi sebesar Rp1,3 triliun. (Pelindo I).
Aksi korporasi
Sementara itu, Pelindo I tampaknya memasang target pada 2019 sebagai tahun aksi korporasi bagi Badan usaha milik negara (BUMN) ini. Tahun depan, Pelindo I menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai Rp4 triliun-Rp4,5 triliun.
Belanja modal itu akan digunakan untuk 14 pelabuhan yang dikelola perseroan di wilayah Barat Indonesia. Perseroan mulai menerapkan transaksi non tunai di sebagian pelabuhan pada 2019 demi menggenjot kinerja.
Tahun depan, Pelindo I tidak berencana menerbitkan obligasi di pasar domestik. Hingga akhir 2017, utang bank jangka panjang yang dimiliki Pelindo I mencapai Rp327 miliar dengan utang obligasi Rp996,6 miliar.
Bambang menuturkan, perseroan juga berencana mengincar sumber pendanaan dari pasar global. Saat ini, Pelindo I tidak memiliki global bonds, hanya obligasi I yang diterbitkan pada 2016 senilai Rp1 triliun.
"Kalau multilateral kan tergantung nanti investornya dari mana saja. Misalnya, yang kita tunjuk itu dari Timur Tengah. Tentu mereka akan membawa dana dari Timur Tengah atau dari mana. Karena mereka sudah multinational company, jadi dia source-nya lebih murah," kata Bambang.
Tidak hanya itu, Pelindo I juga berencana menjual saham anak usaha melalui pasar modal. Aksi penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) akan digelar paling cepat pada semester II-2019 dengan target perolehan dana Rp500 miliar.
Berdasarkan catatan, setidaknya empat anak usaha Pelindo I bakal dilego kepada publik melalui PT Bursa Efek Indonesia. Keempat anak usaha itu adalah PT Prima Indonesia Logistik, PT Prima Terminal Petikemas, PT Prima Pengembang Kawasan, dan PT Prima Multi Terminal.
Pada 2019, Pelindo I bakal merampungkan ekspansi tahap II terminal industri dari 1,5 juta ton ditingkatkan menjadi 10 juta ton. Perseroan juga bakal menambah kawasan industri baru seluas 400 Ha.
Adapun, untuk kinerja hingga akhir 2018 ditargetkan dapat meraup laba setidaknya Rp1 triliun. Target itu naik 30% dari laba bersih tahun 2017 senilai Rp805 miliar.
"Kita menargetkan tahun ini (2018) bisa mencapai pendapatan sekitar Rp3,4 triliun. Tinggal dua bulan lagi. Mudah-mudahan bisa tercapai," kata dia.