close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pemerintah dan BI diminta segera mengendalikan harga beras lantaran mengerek inflasi beras hingga 13,76% (yoy) pada Agustus 2023. Dokumentasi Pemkab Temanggung
icon caption
Pemerintah dan BI diminta segera mengendalikan harga beras lantaran mengerek inflasi beras hingga 13,76% (yoy) pada Agustus 2023. Dokumentasi Pemkab Temanggung
Bisnis
Senin, 11 September 2023 19:59

Kerek inflasi, pemerintah dan BI diminta segera kendalikan harga beras

Inflasi beras, berdasarkan data BPS, menembus 13,76% (yoy) pada Agustus 2023. Tertinggi sejak Juni 2012.
swipe

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) diminta segera mengendalikan harga beras yang berangsur naik sejak Agustus 2023. Sebab, kenaikan tersebut mengerek angka inflasi.

Diketahui, harga beras terus naik hingga mencatat rekor tertinggi. Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan, harga beras bahkan sudah berkisar Rp16.000-Rp17.000/kg dan berpotensi mencapai Rp1 juta/karung. Sementara itu, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi harga beras tembus 13,76% (yoy) pada Agustus 2023.

"Ini inflasi beras tertinggi sejak Juni 2012. Semua pihak, baik pemerintah dan BI, harus bersama mengatasi," ujar anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati, dalam keterangannya, Senin (11/9).

Menurutnya, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menjaga harga beras. Misalnya, operasi pasar.

Namun, Anis menolak opsi impor beras yang rutin dilakukan. Alasannya, bakal memuat pengendalian harga beras semakin sulit. 

"Impor [beras] bahkan mengimpor di musim panen yang sangat merugikan petani. Sehingga, produksi beras Indonesia selalu turun akibat minat menanam turun," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

"Hanya kebijakan yang orientasinya menyejahterakan petanilah yang akan menolong negara ini akibat gejolak harga pangan terutama beras, selama ini itu tidak hadir karena solusinya selalu jangka pendek" imbuhnya.

Lebih jauh, Anis berpendapat, daya saing beras Indonesia lemah dibandingkan negara-negara produsen lantaran biaya produksi tinggi. Akibatnya, rentan melakukan impor beras.

"NTP (nilai tukar petani) yang merupakan indikator kesejahteraan petani, utamanya NTP petani pangan, selalu paling rendang dibandingkan NTP sektor lainnya. Sehingga, wajar profesi petani beras kian langka. Padahal, merekalah harapan di saat harga global menghantam," tuturnya.

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan