close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. iStock
icon caption
Ilustrasi. iStock
Bisnis
Jumat, 25 Februari 2022 22:28

Pemerintah diminta mewaspadai kenaikan harga minyak dunia

Karena pada asumsi makro APBN harga minyak hanya tercatat US$63 per barel.
swipe

Melambungnya harga minyak dunia dan disusul dengan langkanya minyak goreng dan hilangnya tempe dan tahu di pasaran, berpotensi membuat rakyat tertekan secara ekonomi. 

"Ditambah lagi, krisis Ukraina yang berpotensi menganggu rantai pasok global. Invasi Ukraina oleh Rusia akan berdampak ke sejumlah pasar. Baik komoditas, obligasi, safe haven, hingga pasar saham juga kan terdampak," kata ekonom senior Faisal Basri dalam diskusi online, Jumat (25/2).

Hampir senada, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira mengatakan, pecahnya konflik antara Ukraina dan Rusia, dampaknya bakal terasa pada sektor keuangan dalam negeri.

"Jadi rupiah itu sudah bergerak melemah di angka Rp14.500, dan ini akan terus bergerak mendekati level Rp15.000, jika kondisi konflik ini semakin meluas," kata Bhima.

Efek lainnya yang juga berpotensi dirasakan yaitu, harga komoditas seperti minyak mentah akan melonjak tajam. Seperti diketahui, saat ini harga CPO sudah tembus di angka US$100 per barel. Hal ini akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya pengiriman barang dan biaya logistik menjadi lebih mahal.

"Kalau mahal akan menyebabkan daya beli masyarakatnya semakin rendah. Efek terhadap subsidinya juga akan membengkak cukup signifikan. Karena pada asumsi makro APBN harga minyak hanya tercatat US$63 per barel. Jadi ini menciptakan gap antara harga minyak yang ditetapkan oleh APBN maupun harga minyak mentah real sudah terlalu jauh. Maka akan ada pembengkakan dari subsidi energi," pungkas Bhima.

Dalam webinar berbeda, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengatakan, konflik Ukraina dan Rusia ini, memberikan dampak secara signifikan pada sektor energi. Terutama CPO Oil karena beberapa harga minyak goreng masih mahal di pasaran.

“Minyak goreng sedang langka. Jangan sampai pemerintah enggak memperhatikan soal ini, karena saya beberapakali cek harga minyak goreng, dan masih mahal, " pungkasnya .

Ia menginginkan pemerintah dapat mengawasi dan bertindak secara cepat dalam penanganan ini, terutama ancaman perekonomian global setelah perang Ukraina. Jangan sampai menjadi alasan apapun oleh pemerintah untuk tidak mengatur harga-harga bahan pokok, terutama CPO yang diiringi harga minyak dunia yang naik signifikan setelah ada perang di Ukraina.

img
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan