Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang semula ditargetkan rampung di tahun 2022, kembali molor akibat kendala permodalan. Proyek ini semula memiliki anggaran yang diprediksi akan cukup hingga September 2022, namun dalam proses pembangunannya justru terjadi pembengkakan biaya pembangunan.
Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo, Wahyu Utomo menyebut, proyek ini diharapkan akan benar-benar bisa beroperasi pada 202. Ia mengatakan, pihaknya hingga saat ini masih memonitoring pembangunan KCJB ini, mengingat rencananya proyek tersebut akan menjadi salah satu tujuan kunjungan Presiden Cina dalam event G20.
“Dari hasil tinjauan, sebagian besar konstruksi kereta cepat sudah selesai. Sedangkan saat ini yang masih dikerjakan adalah Depo. Stasiun-stasiun juga saat ini sudah mulai dikerjakan,” ujar Wahyu dalam keterangannya di konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Selasa (26/7).
Soal keterlambatan operasional KCJB karena jumlah pembengkakan biaya pembangunan, menurut Wahyu, pemerintah Indonesia diminta untuk ikut menanggungnya.
“Cost overrun ini setahu saya masih dibahas, karena ada permintaan agar di-cover juga sama pemerintah Indonesia. Dan terkait dengan hal ini, teman-teman dari Kementerian Keuangan baru membahas, yang merupakan bagian kewajiban kita untuk kontribusi dalam pembangunan bukan cost overrun,” kata Wahyu.
Wahyu juga mengatakan, dirinya belum tahu pasti apakah soal ini akan dibahas Presiden Jokowi. Namun, ia yakin pemerintah tetap berkomitmen untuk merampungkan proyek kereta cepat ini agar bisa segera beroperasi pada 2023.
Sebelumnya, Presiden Jokowi berharap dengan adanya pembangunan kereta cepat ini bisa berdampak positif bagi Indonesia, yaitu daya saing terhadap negara lain dalam bidang moda transportasi terintegrasi, termasuk MRT dan LRT di Jakarta. Proyek yang menjadi bentuk kerja sama Indonesia dengan perusahaan asal Cina yaitu PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ini juga diharapkan menjadi media alih ilmu pengetahuan dan transfer teknologi.