close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi aktivitas ekspor. Alinea.id/Dwi Setiawan.
icon caption
ilustrasi aktivitas ekspor. Alinea.id/Dwi Setiawan.
Bisnis
Selasa, 17 Januari 2023 07:02

Ekspor terancam terus menurun, pemerintah disarankan cari pasar alternatif

Pemerintah dianjurkan melakukan diversifikasi produk ekspor ke barang.
swipe

Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengungkapkan, penurunan tren ekspor Indonesia di semester II-2022 terjadi karena adanya pelemahan harga komoditas ekspor utama. Salah satu contoh yang ia jelaskan, yaitu penurunan harga batu bara dan Crude Palm Oil (CPO) di pasar internasional.

“Dalam periode September sampai Desember 2022, harga batubara dan CPO di pasar internasional mengalami penurunan, masing-masing sebesar 20% dan 9%,” kata Bhima saat dihubungi Alinea.id, Selasa (17/1).

Menurut Bhima, tak hanya komoditas, tren penurunan juga terjadi pada data pengiriman kargo internasional atau Baltic Dry Index. Penurunan tersebut selama setahun terakhir telah mencapai 46%.

“Hal ini berikan sinyal ada kontraksi pada permintaan bahan baku, khususnya ke negara industri maju,” tuturnya menambahkan.

Bhima juga memperkirakan tren pelambatan harga komoditas masih akan terus berlanjut hingga akhir 2023, sampai menemui titik keseimbangan baru. Oleh karena itu, untuk mencegah terus terjadinya perlambatan pertumbuhan nilai ekspor Indonesia, ia menyarankan agar pemerintah bisa segera melakukan langkah mitigasi.

“Sebaiknya pemerintah melakukan diversifikasi produk ekspor ke barang jadi yang cenderung stabil dan mencari pasar alternatif,” ujar Bhima.

Seperti catatan Alinea.id sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi penurunan nilai ekspor pada Desember 2022 sebesar 1,10% secara bulanan atau month to month (mtm) dibandingkan November 2022, dengan total nilai ekspor di Desember 2022 mencapai US$23,83 miliar. Penurunan ini terjadi dalam empat bulan terakhir, yaitu pada September turun 11,07% mtm, Oktober turun 0,20% mtm, dan November turun 2,57% mtm.

Kendati ada penurunan, BPS juga menyampaikan terdapat beberapa negara alternatif tujuan ekspor yang mengalami peningkatan nilai. Negara tersebut antara lain Bhutan yang mengalami kenaikan ekspor hingga US$67,39 juta selama 2022, dengan komoditas mesin, dan perlengkapan elektrik, serta bagiannya (HS85) dan kendaraan dan bagiannya (HS87). 

Disusul Botswana yang naik US$3,72 juta dengan komoditas utama HS87 dan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84), Chad naik US$1,40 juta dengan komoditas utama produk farmasi (HS30) dan HS87, Aruba naik US$1,12 juta, dan U.S. Virgin Islands yang naik US$0,82 juta.

“Perluasan pasar ekspor ini kita harapkan terus berlanjut, sehingga bisa meningkatkan produksi dalam negeri dan pada akhirnya memperkuat ekonomi domestik dengan cara memperluas tujuan ekspor kita tidak hanya di pasar tradisional,” ujar Kepala BPS, Margo Yuwono.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan