Indonesia punya target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan demi mencapai target ini maka ketertinggalan harus dikejar.
Dia mengatakan persentase capaian di 2021 masih kecil berdasarkan hitungan final baru 11,7%, masih harus mengejar separuhnya lagi untuk mencapai target.
"Masih separuhnya menuju ke sana. Harus kejar ketertinggalan. Apakah tercapai 2025? untuk yang bisnis listrik angka-angka projek, angka-angka perencanaan ini semua menuju ke angka 23%," paparnya dalam acara seminar, Senin (07/2).
Pihaknya bersama dengan PT PLN (Persero) akan memastikan operasi komersial atau commercial operation date (COD) proyek-proyek pembangkit bisa sesuai. Oleh karena itu pemantauan akan terus dilakukan.
"Kan tidak mungkin oleh PLN sendiri. Ada swastanya, kami dorong iklim investasi dukung ke sana. Kita juga ada program-program yang lain, Indonesia dalam beberapa hal lebih maju," lanjut Dadan.
Lebih lanjut Dadan mengatakan, berbicara mengenai konsumsi listrik, Indonesia masih sangat rendah. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia. Konsumsi listrik Malaysia bahkan sekitar 3x dari RI.
Kondisi ini menurut Dadan adalah sebuah peluang karena konsumsi listrik di Indonesia masih akan terus tumbuh lebih cepat sehingga kelebihan pasokan yang dialami PLN ini sifatnya hanya sementara.
"Sifatnya sementara saya melihat, PLN pun saya kira melihat demikian. Kita akan lewati waktu-waktu tersebut dan bertahap bagaimana EBT-nya bisa bertambah," jelasnya.
Dadan menjelaskan Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar. Pemanfaatan EBT harus sama-sama didorong. "Dari sisi potensi Presiden sampaikan dengan jelas dalam beberapa sambutan ada potensi energi besar pemanfaatan masih bertahap dilakukan," paparnya.