close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah nelayan menunggu mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) Desa Padang Seurahet, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Senin (1/10)./AntaraFoto
icon caption
Sejumlah nelayan menunggu mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) Desa Padang Seurahet, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Senin (1/10)./AntaraFoto
Bisnis
Sabtu, 10 November 2018 00:50

Pemerintah klaim berhasil minimalisir impor solar

Meskipun penerapan B20 belum mencapai 100%, namun pemerintah mengumumkan telah berhasil meminimalisir impor solar hingga 4.000 kl.
swipe

Meskipun penerapan B20 belum mencapai 100%, namun pemerintah mengumumkan telah berhasil meminimalisir impor solar hingga 4.000 kl. 

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menjelaskan, penerapan B20 membaik, meski belum 100%. 

"Belum 100% penerapannya, kan baru dua bulan. Tapi penyerapan baik. Bisa klarifikasi ke Dirjen Bea Cukai, bahwa impor solar harian kita turun 4.000 kl," ujarnya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (9/11). 

Selain itu, Pertamina sebagai institusi yang menyalurkan, diminta untuk menyederhanakan rantai penyaluran Fatty Acid Methyl Esters (FAME), untuk diterapkan pada 2019. 

Saat ini distribusi FAME, yang merupakan bahan untuk dicampurkan dengan solar untuk menjadi Biodiesel 20% (B20), masih terkendala sejumlah hal. 

Oleh karena itu, untuk meminimalisir potensi masalah dalam penyaluran, pemerintah sepakat untuk mengurangi jumlah tujuan penyaluran pasokan FAME. Namun demikian, dibandingkan sejak perluasan mandatori B20 diberlakukan 1 September 2018, distribusi itu sudah jauh lebih baik.

"Sekarang kan masih 86 TBBM dari Pertamina saja. Pertamina meminta hanya untuk 30an TBBM. Untuk efektivitas. Tapi dipastikannya nanti," ujar Rida. 

Sebelumnya, pemerintah terus menggencarkan penggunaan energi biodiesel yang berasal dari minyak sawit untuk menekan impor bahan bakar minyak, terutama solar. 

Selama ini, impor bahan bakar minyak telah menjadi salah satu penyumbang utama terjadinya defisit neraca transaksi berjalan. Pemerintah ingin menekan defisit neraca transaksi berjalan karena bisa menjadi salah satu kunci untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah dari tekanan global.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan