Pemerintah meminta Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menguatkan kemitraan dengan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Menteri Perdagangan Agus Suparmanto melihat ada penurunan pangsa ritel tradisional yang harus segera ditangani agar tidak menimbulkan gejolak sosial.
"Ritel modern yang memiliki akses pengadaan barang dan distribusi, harus bisa membantu warung kecil dalam pengadaan barang dagangan," kata Agus dalam Musyawarah Nasional VII Aprindo di Jakarta, Selasa (12/11).
Agus menegaskan Kemendag mendorong ritel-ritel modern yang tergabung dalam Aprindo untuk memasukkan barang-barang mereka ke ritel tradisional. Dengan pasokan yang stabil, Agus berharap hal tersebut dapat memberi manfaat yang berkesinambungan.
Lebih lanjut, dia juga menyebut Aprindo sebagai wadah berkumpulnya pengusaha ritel memiliki peran strategis dalam menjaga ketersediaan barang dan stabilitas harga di tingkat eceran, terutama barang kebutuhan pokok.
"Meskipun baru menjabat sebagai menteri perdagangan selama dua minggu, saya tahu sepak terjang positif pengurus Aprindo dan kolaborasinya dengan Kemendag," ujarnya.
Agus menilai selama ini Aprindo mampu menjaga stabilisasi pasokan dan harga, terutama di hari besar keagamaan. Selain itu, menurut Agus, Aprindo sudah mampu membantu menanggulangi kelangkaan barang dan aktif menyusun kebijakan perdagangan.
"Ke depan kami berharap Aprindo dapat membantu pelaku UMKM melalui pola kemitraan dan meningkatkan produksi barang dalam negeri, untuk menjaga stabilitas harga," tutur Agus.
Dengan kolaborasi tersebut, Agus memprediksi prospek bisnis ritel akan semakin baik ke depannya. Sebab, dengan ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 5,02% pada kuartal III-2019, sektor perdagangan memiliki kontribusi sebesar 13% dari total produk domestik bruto (PDB) dan konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi 56,62% dari total PDB.
Selain itu, indikator lainnya yang menunjukkan tren positif berasal dari pertumbuhan konsumsi barang kebutuhan sehari-hari atau fast movers consumer goods (FMCG). Agus mengatakan pertumbuhan konsumsi FMCG hingga September 2019 secara tahunan (year-on-year/yoy) tumbuh positif 2,5%.
Kemudian, konsumsi FMCG dari ritel modern tumbuh 7,6% dengan rincian minimarket tumbuh 12%, sedangkan supermarket dan hypermarket tumbuh negatif 5,8%.
"Penurunan konsumsi tersebut di format ritel besar menunjukkan bahwa saat ini terjadi perubahan gaya konsumsi masyarakat yang saat ini lebih suka belanja sehari hari di format lebih kecil," ujar Agus.
Agus pun berpesan pada pelaku usaha ritel agar mampu beradaptasi dan menyesuaikan konsep bisnis dengan pasar.