Pemerintah tengah menyusun Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) untuk menangani persoalan ekonomi di tengah dampak coronavirus.
Sri mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menjalin komunikasi dengan pimpinan dan Badan Anggaran (Banggar) DPR terkait dengan hal tersebut. Hal ini juga untuk memastikan agar perubahan yang dilakukan masih berada dalam koridor hukum yang berlaku.
"Yang kita bicarakan dengan DPR, bagaimana mekanisme perubahan dalam situasi mendesak. Bahkan Banggar menyebutkan, situasi ini kegentingan memaksa. Dan ini minta disampaikan lewat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)," katanya lewat teleconference, Selasa (24/5).
Sri menekankan perubahan ini harus segera dilakukan melihat situasi perekonomian yang sedang guncang. Pasalnya, kata Sri, asumsi yang sebelumnya ditetapkan di dalam APBN 2020 hampir dipastikan semuanya meleset.
Target yang dimaksud yakni pertumbuhan ekonomi, harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga acuan, dan defisit fiskal dipastikan mengalami perubahan.
"Semua itu akan alami perubahan yang luar biasa. Dengan perubahan begitu banyak, dan dari sisi alokasi anggaran sesuai inpres Nomor 4/2020 di mana kita lakukan refocusing dan realokasi anggaran, APBN pasti alami perubahan," ujarnya.
Sri melanjutkan, untuk menggenjot perekonomian dalam negeri dan mendukung pemulihan kesehatan masyarakat, sejumlah insentif akan terus diberikan. Hal ini tentu saja secara langsung akan mengurangi penerimaan negara.
"Daerah juga mulai menjelaskan dengan tourism turun, pendapatan asli daerah (PAD) juga turun. Kita lihat keseluruhan aspek ini. Tapi kalau kita lakukan lebih dari ini, paket ketiga, dari sisi size dan modus, kemungkinan akan butuh landasan hukum berbeda," tambahnya.
Hal ini, lanjutnya, juga tidak terlepas dari perkembangan perekonomian negara-negara di dunia. Bahkan, hasil pembahasan dengan negara-negara G-20 dan lembaga multilateral seperti International Monetary Fund (IMF) telah memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan minus, jauh dari target semula 3%.
"Growth jelas mengalami perubahan, banyak negara bahkan sudah pastikan resesi. Tinggal sebutkan resesi single digit atau dobel digit," ujarnya.
Namun, Sri Mulyani masih optimistis bahwa laju perekonomian nasional akan tetap baik dibandingkan dengan negara lainnya, jika pandemi coronavirus dapat diatasi dalam waktu singkat.
"Kuartal pertama kita cukup baik, tapi kita lihat di kuartal kedua. Seandainya krisis pandemi segera teratasi maka kita punya harapan pertumbuhan ekonomi kita mungkin terjaga pada kisaran yang kita sebut skenario sedang, yakni antara 2,5% sampai 3%," ucapnya.