Pemerintah dan swasta bahu-membahu cetak 9 juta talenta digital Indonesia
Lulus dari jurusan unggulan di Perguruan Tinggi Raharja Tangerang, yakni Multimedia, Audio Visual dan Broadcasting Program Studi Teknik Informatika dan Komunikasi, rupanya tak membuat jalan Jayendra Fahlevi Firdaus untuk menemukan pekerjaan di tengah pandemi Covid-19 mulus.
Berbagai perusahaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau sektor lain telah dijajalnya, namun tak juga membuahkan hasil.
Berbuah informasi yang didapatkannya saat menjelajah dunia maya, Jayendra akhirnya iseng-iseng mendaftar Pelatihan Fresh Graduate Academy Digital Talent Scholarship (FGA DTS) 2020, setelah merampungkan studinya pada pertengahan tahun 2020.
“Waktu itu pencarian soal DTS ada di 10 besar teratas di Google. Akhirnya saya masuk, saya coba daftar, dan ikuti setiap tahap prosesnya,” ujarnya, kepada Alinea.id, Kamis (5/8).
Keberuntungan pun berada di pihak laki-laki kelahiran Tangerang, 18 Juli 1997 itu. Meski tak begitu berharap, Jayendra lolos program yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dengan spesialisasi pelatihan cloud computing atau komputasi awan.
Mengutip Indonesiacloud.com, secara sederhana cloud computing sendiri merupakan metode penyampaian berbagai layanan melalui internet. Sumber daya yang dimaksud contohnya adalah aplikasi seperti penyimpanan data, server, database, jaringan, dan perangkat lunak.
Jayendra bilang, alasannya memilih pelatihan ini lantaran cloud computing memiliki peluang kerja cerah di masa depan. Karenanya, meskipun telah diajarkan di bangku kuliah, penggemar yoyo ini merasa perlu mempelajari komputasi awan lebih dalam.
“Ditambah lagi, dari pelatihan ini akan ada peluang untuk mendapatkan sertifikasi internasional. Kalau saya bisa dapat, maka peluang buat kerja di perusahaan IT atau startup besar akan semakin lebar,” urainya.
Namun sayang, pada saat mengikuti ujian sertifikasi internasional, dirinya gagal. Tak putus asa, Jayendra lantas mendaftar untuk mengikuti pelatihan membagun arsitektur awan di AWS (Architecting on AWS) yang dihelat Amazon.
“Alhamdulillah, saya dapat pada Juli kemarin,” imbuh dia.
Lain Jayendra, lain pula Dana. Setelah lulus dari program Digital Talent Scholarship batch I, pemilik nama lengkap Dana Febri Setiawan ini langsung menapaki karirnya sebagai business analyst di salah satu bank swasta di Jakarta.
Selama menjalani pelatihan selama tiga bulan lamanya, laki-laki 25 tahun ini mengaku telah mendapat banyak pengetahuan tentang berbagai macam bahasa pemrograman. Pengetahuan tersebut, menurutnya, sangat penting dimiliki oleh generasi milenial, khususnya yang berkecimpung di bidang IT untuk menghadapi dunia revolusi industri 4.0.
Adapun dalam pelatihan, alumni Universitas Negeri Lampung itu berfokus dalam mempelajari R fundamental, SQL Fundamental, statistics, dan data visualisasi saat mengikuti program Data Scientist di DTS Pro.
"Meskipun masih beginner, tapi di kantor, saya sudah bertanggung jawab mengolah data dan membuat dashboard untuk memantau bisnis perusahaan," kisahnya, kepada Alinea.id, Rabu (4/8).
Walaupun, sebagai seorang business analyst sebenarnya bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Sebab, dengan adanya jutaan data yang ada, Dana dituntut untuk teliti dalam menjaring data-data khusus yang dibutuhkan oleh tim bisnis.
Dengan menjalani pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, Dana menjadi terbiasa dalam menghadapi tantangan dan proyek seperti data science marketing-customer segmentation dan project machine. Sebab, pelatihan telah mengajarkan materi tersebut. Hal itu juga lah yang kemudian menjadi modal penting bagi portofolionya.
“Mengikuti program DTS ini menjadi nilai plus terhadap user saya, dan menjadi salah satu parameter terkait kompetensi saya di bidang data,” ungkap Dana.
Jayendra dan Dana adalah sedikit orang dari banyaknya talenta digital yang dimiliki Indonesia. Menurut data Amazon Web Service (AWS), pada 2020 hanya 19% dari total tenaga kerja di Indonesia yang memiliki dan mengaplikasikan kemampuan digital yang mereka miliki dalam pekerjaannya. Proporsi itu jauh tertinggal dari Australia yang sebanyak 64%, Singapura 63%, Korea Selatan 62%, dan Jepang 58%.
Bahu-membahu cetak talenta digital
Sadar akan kebutuhan talenta digital, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berinisiatif untuk menyelenggarakan program Digital Talent Scholarship.
Kebutuhan akan talenta digital kian mendesak. Apalagi, menurut keterangan resmi Kementerian Kominfo yang mengutip laporan The Global Startup Ecosystem 2020, Indonesia dan Jakarta khususnya, dinobatkan sebagai ekosistem perusahaan rintisan terbaik kedua, setelah Mumbai, India.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kominfo Hary Budiarto menguraikan, indikator penilaian dalam laporan tersebut antara lain performa startup, pendanaan, jangkauan pasar, dan talenta digital. Dalam keempat penilaian itu, talenta digital memiliki nilai paling rendah dan menunjukkan bahwa kebutuhannya di Indonesia semakin meningkat.
“Hal tersebut membuktikan kalau sebenarnya Indonesia bisa maju dalam teknologi digital. Makanya, kami juga tidak mau menyia-nyiakan talenta yang ada di luar sana,” ungkap dia, kepada Alinea.id, Kamis (5/8).
Hary bilang, selain untuk memaksimalkan talenta digital, program yang telah dilaksanakan sejak 2018 ini juga bertujuan untuk mencapai target 9 juta talenta digital terampil pada 2030. Di saat yang sama, program DTS juga digadang-gadang sebagai salah satu kunci transformasi digital Indonesia.
“Dengan demikian, sesuai dengan tujuan DTS untuk menyediakan SDM (sumber daya manusia) yang terampil dan berdaya saing di bidang teknologi informasi dan komunikasi,” katanya.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada DTS 2021 ada beberapa akademi yang bisa dipilih oleh peserta pelatihan, salah satunya Thematic Academy. Program ini diperuntukkan bagi masyarakat agar bisa melengkapi kehidupan atau kebutuhannya di dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari, sehingga dapat menambah keahlian.
Selain itu, dalam Thematic Academy, peserta bisa memilih untuk mengikuti berbagai macam pelatihan, seperti Video Content Creator, Scrum Master, atau IT untuk perbankan. Di sisi lain, ada pula skema pelatihan yang dinamakan Cyber Security Analyst untuk sektor publik.
“Dengan ini, kami harapkan mereka akan paham atau aware terhadap keamanan informasi ketika mereka memberikan data, informasi, atau mengonfigurasi suatu jaringan komputer,” tuturnya.
Selanjutnya, tersedia juga pelatihan Big Data Social Science untuk peneliti atau masyarakat yang membutuhkan pemanfaatan analisis big data agar menghasilkan produk riset yang lebih baik. Kemudian, khusus untuk wanita, Kominfo juga memberikan suatu pelatihan yang dinamakan Woman in Tech Programming with Python.
“Jadi, para wanita ini akan diajarkan dengan coding yang diharapkan bisa menjadi programmer dengan cara-cara yang simpel namun menggunakan bahasa programming yang kami namakan Phyton,” imbuh Hary.
Jenis pekerjaan | Jumlah pencarian |
Penjualan-ritel |
1.605 |
IT-perangkat lunak | 1.352 |
Akuntansi umum/pembiayaan | 1.227 |
Pemasaran/pengembangan bisnis | 1.156 |
Penjualan-korporasi | 963 |
Perbankan/keuangan | 650 |
Personalia | 637 |
Jaringan/sistem/sistem database | 584 |
Staf/administrasi umum | 575 |
Logistik/jaringan distribusi |
489 |
Selain Thematic Academy, ada pula tujuh akademi pelatihan lainnya, yaitu Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Academy (VSGA), Professional Academy (PRO), Digital Entrepreneurship Academy (DEA). Ada juga Government Transformation Academy (GTA), Talent Scouting Academy (TSA), dan Digital Leadership Academy (DLA).
Dari ketujuh akademi itu, saat ini ada tiga yang sedang berjalan secara daring, salah satunya adalah Fresh Graduate Academy. Akademi ini merupakan program yang ditujukan bagi lulusan D3, D4, S1 atau mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir dari seluruh jurusan.
Program ini dilakukan bersama dengan 53 perguruan tinggi, global tech company, dan mitra edukasi teknologi dengan tema pelatihan seperti Artificial Intelligence (AI), Cloud Computing, Data Comp Storage, Core System Administration, Microsoft Fundamental, dan tema lainnya.
Akademi kedua adalah Vocational School Academy yang merupakan program pelatihan berbasis standar kompetensi kerja nasional Indonesia atau SKKNI bagi lulusan SMK atau sederajat, D4 yang belum mendapatkan pekerjaan tetap atau sedang tidak bekerja.
Pelatihan di akademi kedua ini dilakukan bersama 43 perguruan tinggi dengan tema pelatihan yaitu Junior Network Administrator, Junior Mobile Programmer, Junior Web Development, Junior Graphic Designer, dan tema-tema pelatihan lainnya.
Ketiga adalah Thematic Academy yang merupakan pelatihan ditujukan secara spesifik untuk sektor industri atau kalangan tertentu dengan silabus yang telah disesuaikan dengan kebutuhan industri.
“Setelah pelatihan, Kominfo juga menyiapkan aplikasi yang memfasilitasi pertemuan antara talenta digital dengan berbagai peluang kerja dari beragam industri, melalui aplikasi sistem informasi dan alumni sertifikasi (SIMONAS),” kata Hary.
Sementara itu, pada DTS tahun ini, Kominfo memiliki target untuk memberikan beasiswa pelatihan intensif kepada 100.000 peserta yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Tidak sendiri, dalam menjalankan program ini pemerintah turut menggandeng pihak lain, seperti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) serta korporasi, baik swasta maupun perusahaan milik pemerintah.
Selain itu, Kominfo juga mengajak asosiasi teknologi informasi seperti Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Ilmu Komputer (Aptikom), Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom), dan Asosiasi Big Data & AI (ABDI) untuk menyebarkan informasi terkait pelatihan ini.
Peran penting swasta
Sementara itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud Ristek juga memperkenalkan kebijakan Kampus Merdeka, khususnya untuk kegiatan kewirausahaan atau startup digital.
Dalam program Dikti 2021, ditargetkan adanya implementasi kerja sama dengan Kementerian Kominfo melalui pengembangan kurikulum startup dan diklat online untuk dosen dan mahasiswa secara masif. Sebanyak 100.000 dosen dan mahasiswa berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum tersebut.
“Melalui kolaborasi Akademi Talent Scouting Academy (TSA) Digital Talent Scholarship (DTS) dengan Program Kampus Merdeka, Kementerian Kominfo turut memfasilitasi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat di bidang teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Hary.
Di dunia usaha, ada Tokopedia yang aktif ikut serta dalam menciptakan talenta digital Indonesia.
Sebagai startup terbesar di Indonesia, Tokopedia turut serta dalam mengembangkan talenta digital Indonesia. CEO and Founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, untuk Kampus Merdeka, ada dua inisiatif yang diluncurkan Tokopedia.
Pertama, program magang bersertifikat yang tersedia untuk tiga bidang. Yakni, program magang Software Engineering untuk talenta digital yang tertarik dengan inovasi teknologi terkini, termasuk Machine Learning dan Artificial Intelligence (AI).
Ada juga program magang Marketing bagi talenta yang tertarik mendalami ilmu komunikasi, media sosial dan pemasaran, sementara talenta yang ingin memperluas pengalaman mengenai strategi dan operasional perusahaan bisa bergabung di program magang Business Development.
Inisiatif lainnya adalah Hackathon Devcamp, merupakan kompetisi membangun produk dan solusi dalam waktu yang singkat. “Pemenang Hackathon Devcamp ini akan langsung ditawarkan bergabung dalam Tokopedia secara permanen,” kata William dalam diskusi Festival Kampus Merdeka 2021, Juni lalu.
William melanjutkan, program ini memang sudah seharusnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi. Apalagi, saat ini perkembangan industri semakin cepat dan dinamis. Di sisi lain, saat ini semua startup juga diharuskan untuk berlomba meluncurkan inovasi terbaik.
“Sehingga waktu menjadi sangat berharga dan dibutuhkan kolaborasi dari seluruh pihak. Inilah yang menjadi motivasi utama Tokopedia bergabung dalam program Kampus Merdeka,” tandasnya.
Tak hanya itu, Tokopedia juga menyediakan wadah belajar bagi praktisi teknologi di Indonesia melalui Tokopedia Academy, dengan salah satu turunannya adalah Konferensi teknologi START Summit.
Tokopedia bersama Universitas Indonesia (UI) juga telah meluncurkan AI Center of Excellence, pusat pengembangan AI (Artificial Intelligence) pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi super-komputer deep learning dari NVIDIA, NVIDIA® DGX-1. Baru-baru ini, perusahaan yang identik dengan warna hijau ini juga bekerja sama dengan Universitas Atma Jaya untuk membuat dan menyelenggarakan mata kuliah e-commerce.