Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan rasio utang Indonesia masih aman atau sebesar 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara-negara berkembang yang memiliki pendapatan rendah untuk mengelola utang agar terhindar dari gejolak ketidakpastian global.
"Indonesia utang terhadap GDP masih di 30%. Untuk standar internasional itu rendah sekali. Kalau lihat negara lain yang debt to GDP rasionya di atas 60%, tapi defisit bisa 2% seperti yang terjadi pada Italia," kata Sri di Jakarta, Selasa (22/1).
Berdasarkan laporan IMF, terdapat negara-negara maju yang rasio utangnya masih di atas 60%, 80% bahkan mencapai 100% terhadap PDB. Negara seperti itu, kata dia, yang semestinya menjaga keseimbangan fiskalnya dengan mengurangi defisit dan beban utang.
Oleh karena itu, kata Sri Mulyani, pernyataan yang disampaikan oleh IMF tidak relevan untuk kondisi perekonomian Indonesia.
"Indonesia sekarang pertumbuhan ekonomi di atas 5% dan defisit di bawah 2%. Jadi, tidak relevan statement itu jika untuk Indonesia," ujarnya.
Sebagai informasii, dalam World Economic Outlook Update, disarankan beberapa negara berkembang untuk mengatasi beban utang swasta yang tinggi dan mismatch mata uang dan masa jatuh tempo. Sebab, ini akan mengurangi kerangka kerja makroprudensial.
Oleh karena itu, kebijakan fiskal akan rasio utang bisa tetap sustainable di tengah kondisi keuangan eksternal yang semakin menantang.
Proyeksi pertumbuhan negara-negara ASEAN 5, yang terdiri dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina ada di 5,1% tahun ini atau turun 0,1% poin.