Pemerintah terus berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh Indonesia lewat penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Hingga 2017, rasio elektrifikasi di seluruh Indonesia telah mencapai 95,35%, melampaui target sebesar 92,75%. Adapun kontribusi EBT dalam bauran energi nasional telah mencapai 12,15% sampai 2017.
"Target utamanya agar seluruh masyarakat Indonesia merdeka energi, dapat menikmati listrik yang layak dan terjangkau," kata Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Rida Mulyana saat meresmikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di desa Tepian, kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, seperti dilansir Antara.
Rasio elektrifikasi terendah hingga 2017 masih dipegang oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (61,02 %) dan Papua (62,10%). Sementara DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan menjadi tiga provinsi tertinggi dengan rasio mencapai 99,99%. Adapun rasio elektrifikasi Provinsi Kaltara telah mencapai 84,79%.
"EBT adalah keniscayaan untuk masa depan energi di seluruh dunia karena bahan bakar fosil pasti habis. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong agar EBT menjadi sumber listrik primer," pungkas Rida.
Sementara Internastional Finance Corporation (IFC) selaku anggota kelompok Bank Dunia dan pemerintah bekerja bersama mempercepat investasi dan pengembangan energi terbarukan
Indonesia tengah berjuang mengembangkan potensi energi bersih. Sekaligus menetapkan target ambisius menghasilkan 23% energi terbarukan sebagai sumber energi pada 2025. Untuk meningkatkan pertumbuhan di sektor energi terbarukan. Dibutuhkan investasi sektor swasta yang lebih besar.
“IFC meningkatkan dukungan dan mobilisasi untuk proyek-proyek climate-smart dan tetap menjadi pendukung aktif pembangunan energi dan infrastruktur di Indonesia,“ kata Direktur Rejional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik Vivek Pathak dalam keterangan tertulisnya.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki potensi membangun proyek-proyek berkesinambungan, beragam proyek lainnya dan akan mendukung perekonomian yang kuat dan berkembang.
Secara global, dalam dasawarsa yang lalu, IFC telah menginvestasikan USD 18,3 milliar bagi pembiayaan jangka panjang untuk smart-climate projects. Sekaligus memobilisasi tambahan USD 11 miliar dari Investor lain. Melalui investasi ini, IFC telah mengembangkan keahlian di pasar utama, termasuk sumber tenaga dari Matahari, sumber tenaga daya air, angin, penyimpanan energi, green building dan pengelolalan limbah ke energi.