Kamar Dagang Thailand mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan atas ketidakpastian kebijakan perdagangan AS. Para pebisnis itu juga mengusulkan agar pemerintah menciptakan "ruang perang" untuk menangkal ancaman tarif oleh pemerintahan Trump.
Kamar dagang tersebut mengatakan kepanikannya atas kebijakan perdagangan AS dapat dibenarkan, dan Thailand harus segera meninjau pajak impornya atas barang-barang AS dan meningkatkan impor untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan Washington di tengah meningkatnya sengketa perdagangan global.
"Hari ini, jika ditanya apakah kita panik tentang AS, kita pasti panik karena mereka adalah pasar ekspor No. 1 kita," kata wakil ketua kamar dagang Poj Aramwattananont dalam konferensi pers, Rabu (6/3).
“Waktunya sangat singkat. Jika kita tidak cepat dan tidak menanggapi secara resmi apa yang terjadi, kita akan mengalami masalah. Kita harus siap dan menanggapi dengan cara yang adil bagi semua pihak.”
Presiden AS Donald Trump pada bulan Februari menandatangani nota kesepahaman perdagangan yang memerintahkan badan-badan federal untuk menyelesaikan tinjauan komprehensif atas berbagai masalah perdagangan paling lambat tanggal 1 April, termasuk analisis defisit perdagangan AS yang terus-menerus.
Amerika Serikat merupakan pasar ekspor terbesar Thailand pada tahun 2024, yang mencakup 18,3 persen dari total pengiriman, atau US$54,96 miliar.
Thailand memiliki surplus perdagangan pada tahun 2024 sebesar US$35,4 miliar dengan AS, menurut Kementerian Perdagangan, yang telah menyebutkan tantangan terhadap pertumbuhan ekspor Thailand karena kebijakan perdagangan AS yang tidak pasti.
Kamar dagang tersebut mengatakan telah meminta pemerintah untuk membentuk kelompok kerja khusus bersama ruang perang untuk mengatasi masalah kebijakan perdagangan AS.
Ditambahkannya, Thailand dapat mengimpor lebih banyak energi dan produk pertanian serta pesawat dari AS untuk mempersempit kesenjangan. (thestraitstimes)