Lahan baku sawah di Jawa Tengah (Jateng), berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN), menyusut 54.113 hektare (ha) selama 2013-2019. Pemerintah provinsi (pemprov) mengklaim perubahan sesuai prosedur.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Suryo Banendro, pun sesumbar, pihaknya masih tetap mempertahankan produksi dengan manajemen pertanian yang benar.
"Dulu bisa satu kali tanam. Setelah air masuk (irigasi), bisa dua kali tanam," ujarnya, melansir situs web Pemprov Jateng.
Selain infrastruktur, menurut dia, angka produksi padi tetap tinggi karena ada kerja sama antarsektor. Dicontohkannya dengan penyediaan bibit oleh swasta, pupuk dari badan usaha milik negara (BUMN), serta Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Ruang (Pusdataru) membangun saluran irigasi.
Faktor berikutnya, berbagai bantuan dan program kepada petani. Pembasmian hama wereng dan tikus, percepatan tanam, pemberian alat mesin pertanian (alsintan), dan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), misalnya.
"Ketika panennya cepat, maka lahan bisa dipersiapkan untuk ditanam kembali. Selain itu, kita juga memberikan bantuan benih saat pandemi Covid-19 karena dengan bantuan tersebut, kami harap dapat mengurangi biaya usaha tani," paparnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), Jateng memproduksi 9.655.654 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 5.523.969 ton beras pada 2019. Adapun jumlah luas tanam 1.692.546 ha, tetapi yang berproduksi seluas 1.678.479 ha atau 14.067 ha mengalami puso.
Suryo menambahkan, kebutuhan beras Jateng sekitar 269.000 ton per bulan atau 3,2 juta ton beras setiap tahun. Diyakini bakal meningkat lantaran telah memproduksi 2,4 juta ton beras pada Mei 2020.
Kelebihan produksi, menurutnya, disuplai ke daerah-daerah lain. DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Indonesia bagian timur, contohnya.
Atas capaian produksi tersebut, Kementan menyerahkan penghargaan kepada Jateng, Senin (17/8). Kemudian, disusul Jawa Timur (Jatim) dengan produksi 9.580.933,88 ton GKG atau 5.496.581 ton beras dari lahan panen 1.702.426 ha.
Posisi ketiga ditempati Jawa Barat (Jabar) dengan luas panen 1.578.835 ha dan menghasilkan 9.084.957 ton GKG atau setara 5.212.039 ton beras. Berikutnya, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Banten.
Tiga kabupaten di Jateng pun mendapatkan predikat produsen padi tertinggi. Perinciannya, Kabupaten Grobogan (772.551 ton GKG) di tempat ke-8, Kabupaten Sragen (766.012 GKG) posisi ke-9, dan Kabupaten Cilacap (699.965 GKG).