close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2021, di Jakarta, Jumat (14/8/2020ekon.go.id). Foto
icon caption
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2021, di Jakarta, Jumat (14/8/2020ekon.go.id). Foto
Bisnis
Sabtu, 15 Agustus 2020 12:57

Pemulihan ekonomi nasional jadi prioritas APBN 2021

Sejumlah indikator memperlihatkan sinyal positif dari perbaikan aktivitas ekonomi.
swipe

Pemerintah telah resmi mengajukan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2021 dengan tema “Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Penguatan Reformasi”. Sejalan dengan itu, APBN 2021 diarahkan untuk melanjutkan dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional, penguatan reformasi struktural, reformasi APBN, dan prioritas pembangunan nasional.

“Sejumlah indikator memperlihatkan sinyal positif dari perbaikan aktivitas ekonomi, seperti Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur, penjualan kendaraan bermotor, penjualan ritel, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan survei kegiatan usaha. Harga komoditas juga mulai meningkat, tekanan pasar keuangan mulai mereda (khususnya di pasar Surat Berharga Negara/SBN), serta PMI Global yang berada di level ekspansi,” papar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2021, di Jakarta, Jumat (14/8).

Pada Juni 2020, PMI Manufaktur tercatat menyentuh angka 46,9 setelah di Maret 2020 sekitar 27,5. Penjualan ritel menanjak ke -14,4% dari -20,6% di Mei 2020. Sementara, Indeks Keyakinan Konsumen sejumlah naik menjadi 86,2 di Juli 2020 dari 83,8 di Juni 2020 dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) membaik jadi -5,1 pada pertengahan triwulan ketiga ini, dari -13,1 di triwulan kedua 2020.

Pemulihan ekonomi nasional dilakukan beberapa negara setelah dihantam pandemi Covid-19 yang efeknya merembet dari persoalan kesehatan ke ekonomi atau keuangan. Untuk perekonomian Indonesia sendiri, di triwulan kedua 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32% (yoy) sebagai akibat dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Aturan PSBB  mulai dilonggarkan. Sejak Juni 2020, masyarakat Indonesia sudah bekerja secara kembali dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Dengan pelonggaran PSBB dan kebijakan program PEN tersebut memberikan sinyal positif terhadap perekonomian.

Dalam upaya pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 serta menjawab tantangan-tantangan fundamental perekonomian, selain membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan PEN beberapa waktu lalu, pemerintah juga menuangkannya dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2021.

Tema RKP 2021 adalah: “Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial”, dan di dalamnya terdapat tujuh prioritas nasional. Yakni memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan, mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan, meningkatkan Sumber Daya Manusia berkualitas dan berdaya saing, revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. Kemudian memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar, membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim, serta memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik.

Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, pada 2021 perekonomian Indonesia diproyeksi membaik pada tingkat 4,5%-5,5%. Faktor utama pertumbuhan ekonomi di tahun depan tersebut adalah keberhasilan penanganan Covid-19, termasuk dengan ketersediaan vaksin, akselerasi reformasi, yaitu dalam hal produktivitas, daya saing dan iklim investasi, termasuk dengan RUU Cipta Kerja, reformasi anggaran dan Lembaga pengelola.

Kemudian, ada Ddkungan ekspansi fiskal untuk melanjutkan program PEN, terdiri dari dukungan sisi demand melalui penguatan bansos dan bantuan langsung tunai (BLT), serta bantuan sisi suplai berfokus pada insentif pajak serta bantuan kredit dan penjaminan bagi UMKM dan korporasi; dan Membaiknya pertumbuhan ekonomi global meskipun masih dibayangi ketidakpastian.

“Untuk tahun depan, pagu anggaran belanja kementerian/lembaga (K/L) tumbuh 23,1% jika dibandingkan tahun ini. Hal ini diarahkan untuk melanjutkan upaya pemulihan sosial-ekonomi dan mendorong reformasi belanja dalam rangka penyehatan fiskal sekaligus penguatan efektivitas belanja,” tuturnya. 

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan