Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19 bisa mengarah ke pemulihan 'hijau' atau green recovery.Dari pengalamannya mengikuti World Economic Forum di Davos, Swis, Chatib mengamati investor lebih tertarik melakukan pembiayaan berkelanjutan (green financing). Apabila perusahaan tidak progreen, maka investor akan menghukum perusahaan tersebut dengan tidak membeli saham ataupun obligasi perusahaan tersebut.
"Trennya akan environmental, social, and corporate governance (ESG). Di Eropa trennya mengarah ke sana semua," kata Chatib, dalam webinar Mandiri Sekuritas, Jumat (29/1).
Bahkan, investor juga mengatakan, meski sebelumnya mereka banyak memberikan dukungan ke bank yang memberikan pembiayaan ke batu bara dan CPO, mereka tidak akan tertarik memegang saham bank tersebut. Hal ini, menurut Chatib membuat sektor keuangan di Indonesia mulai membatasi alokasi pembiayaannya ke sektor nongreen.
Chatib memandang pemerintah perlu memikirkan hal ini, karena pola pembiayaan ke depan akan mengarah ke green financing. Menurutnya, proses penyesuaian ke green financing tidaklah mudah.
"Karena menjadi green itu, ada biaya supaya teknologinya bersih dan macam-macam," tuturnya.
Chatib menyarankan pemerintah membuat insentif khusus bagi pembiayaan hijau ini. Insentif tersebut seperti menurunkan biaya provisi dan pajak, untuk perusahaan yang melakukan pembiayaan hijau.
"Kalau green financing bisa enggak provisinya, pajaknya lebih rendah dan pembiayaan nongreen misalnya jadi lebih mahal. Model-model seperti itu akan membuat proses penyesuaiannya lebih mulus," ucap dia.