Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester pertama 2023 sebesar Rp162,4 triliun,
meningkat 13% dibandingkan dengan semester pertama 2022.
"Laba bersih Grup Astra ini, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi, mencapai Rp17,3 triliun, 20% lebih tinggi dibandingkan semester pertama 2022," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk. Djony Bunarto Tjondro, dalam keterangan resminya, Jumat (28/7).
Pertumbuhan pendapatan ini mencerminkan peningkatan kinerja dari hampir seluruh divisi bisnis grup, terutama divisi otomotif, jasa keuangan, serta alat berat dan pertambangan.
Namun, jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar, maka laba bersih grup jika dibandingkan semester pertama 2022 menurun 4% menjadi Rp17,4 triliun, termasuk keuntungan nilai wajar sebesar Rp3,7 triliun atas investasi di GoTo dan Hermina.
Kemudian, nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2023 sebesar Rp4.603, menurun 3% dibandingkan
pada 31 Desember 2022. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup, mencapai Rp23,9 triliun pada 30 Juni 2023, dibandingkan Rp35,1 triliun pada akhir 2022.
Sementara utang bersih anak perusahaan jasa keuangan grup mencapai Rp50,1 triliun pada 30 Juni 2023 dibandingkan Rp44,5 triliun pada akhir 2022.
Berikut laba bersih grup berdasarkan divisi bisnis pada semester pertama tahun 2023 dibandingkan
dengan semester pertama tahun 2022:
Sektor otomotif memiliki kinerja Rp5.693 miliar pada periode yang berakhir pada 30 Juni 2023, sedangkan per 30 Juni 2022 memiliki kinerja Rp4.271 miliar atau naik 33%.
Sektor jasa keuangan memiliki kinerja Rp3.826 miliar pada periode yang berakhir pada 30 Juni 2023, sedangkan per 30 Juni 2022 memiliki kinerja Rp2.902, atau naik 32%.
Sektor alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, pada periode yang berakhir pada 30 Juni 2023, memiliki kinerja senilai Rp6.886, atau lebih baik 11% bila dibandingkan 2022 yang hanya Rp6.194 miliar.
Sektor agribisnis, periode yang berakhir pada 30 Juni 2023, memiliki kinerja senilai Rp293 miliar atau turun 55% dari periode 2022 yang mencapai Rp645 miliar.
Untuk sektor infrastruktur dan logistik, pada periode yang berakhir 30 Juni 2023, memiliki kinerja Rp502 miliar, padahal pada periode yang hanya Rp353 miliar, atau naik 42%.
Sektor teknologi informasi memiliki kinerja Rp51 miliar pada periode yang berakhir pada 30 Juni 2023, sedangkan per 30 Juni 2022 memiliki kinerja Rp24 miliar atau naik 113%.
Terakhir, pada sektor properti, pada periode yang berakhir 30 Juni 2023, memiliki kinerja Rp68 miliar, padahal pada periode yang hanya Rp73 miliar, atau turun 7%.