Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Februari 2019 mencapai Rp160,8 triliun, atau tumbuh tipis sebesar 4,66% dari tahun lalu. Padahal, penerimaan pajak pada periode yang sama tahun lalu mampu tumbuh hingga 13,48%.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abdul Manap Pulungan mengatakan perlambatan penerimaan pajak akan berdampak pada jumlah utang negara yang terus menumpuk.
"Utang bakal terus numpuk semakin tinggi, karena kita tahu penerimaan pajak adalah sumber pendapatan utama Indonesia," kata Abdul saat dihubungi Alinea.id, Rabu (20/3).
Anjloknya pertumbuhan penerimaan pajak ini dinilai disebabkan minusnya pertumbuhan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas dari sektor manufaktur.
Abdul mengatakan pertumbuhan PPn dan PPnBM yang minus pun terjadi bukan tanpa sebab. Hal ini sebagai dampak dari harga minyak yang terus turun.
Selain itu, Abdul menjelaskan perlambatan penerimaan pajak ini juga tidak terlepas dari tekanan politik dalam negeri. "Para pebisnis rata-rata pada belum mau ekspansi menunggu pemilihan presiden tahun ini," ujar Abdul.
Pendiri Danny Darussalam Tax Center (DDTC) Darussalam menyatakan sektor nonmigas dan sektor manufaktur menyumbang kinerja positif penerimaan pajak di tahun 2018. Dengan buruknya performa pajak di sektor ini, maka APBN turut mengalami defisit.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan perlambatan pertumbuhan pajak terjadi karena nilai impor di Indonesia mengalami perlambatan signifikan. Pada Januari 2019, impor turun sebesar 1,83% dibanding tahun lalu dari US$15,31 miliar menjadi US$15,03 miliar.
Dari data APBN Kita Edisi Maret 2019, penerimaan pajak hingga Februari 2019 mencapai Rp160,8 triliun. Pajak Penghasilan (PPh) non-migas mencapai Rp91,75 triliun atau meningkat 13,48% dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp80,85 triliun. Penerimaan PPh migas mencapai Rp Rp10,51, atau naik 34,85% dari Rp7,8 triliun pada tahun lalu.
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan pajak lainnya juga tercatat Rp1,14 triliun atau meningkat 21,51% dari tahun kemarin yang hanya Rp0,94 triliun. Penyebab lambatnya penerimaan pajak hingga Februari kemarin terletak di Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar Rp57,44 triliun, atau turun 10,4% dibanding tahun sebelumnya Rp64,1 triliun.
Sementara, Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas tercatat tumbuh 13,48% atau mencapai Rp57,44 triliun. Akan tetapi, pertumbuhan ini berbanding jauh dengan PPh nonmigas tahun lalu yang mampu tumbuh hingga 84,1% dari target atau mencapai Rp 686,8 triliun.