Insentif fiskal yang diberikan pemerintah berupa gaji ke-13 dan tunjangan hari raya (THR) terhadap pegawai pemerintah dan non struktrural, dinilai sejumlah pengamat ekonomi, tidak signifikan mendorong perekonomian Indonesia.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah, menjelaskan, kedua insentif fiskal tersebut, tidak berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi pada tahun ini, yang ditargetkan mencapai 5,4%.
"Kalau membantu meningkatkan konsumsi memang iya. Tetapi hanya periode selama Ramadan dan kuartal II-2018. Kalau terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, saya yakini tidak begitu signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018," jelas Piter kepada Alinea.id saat dihubungi, Minggu (27/5).
Pieter juga meyakini pemerintah tidak bisa memenuhi target pertumbuhan ekonomi yang sudah ditetapkan. Pasalnya, daya beli masyarakat belum beranjak dari level tahun lalu, yakni di angka 4,9%.
Hal senada juga disampaikan ekonom INDEF Bhima Yudhistira. Menurut Bhima, ada beberapa faktor yang bisa membuat pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,15%. "Kalau semua THR itu langsung di belanjakan, efeknya ke konsumsi rumah tangga bisa tumbuh 5,15%. Jadi sangat positif. Tapi tidak semudah itu, karena ada variabel-variabel lainnya," jelas Bhima.
Beberapa variabel tersebut, antara lain, uang tersebut bisa jadi disimpan untuk ditabung. Apalagi dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru.
Malah Bhima mengkhawatirkan tambahan gaji ke-13 dan THR yang dibebankan kepada APBN ini menjadi kontraproduktif terhadap perekonomian. Hal itu disebabkan adanya kecenderungan belanja pegawai lebih bersifat konsumtif. Kendati bisa menggerakan ekonomi, tetapi karena sifatnya konsumtif, menjadi kurang berkualitas. "Sementara dari 2014 sampai 2017, gaji pegawai sudah mengalami kenaikan 28%, sudah ada kenaikan yang cukup tinggi," jelas Bhima.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang baru saja menjabat menggantikan Agus DW Martowardojo menuturkan, pembagian THR dan gaji ke-13 diproyeksi membuat pertumbuhan ekonomi mendekati level 5,15%.
"Dengan pembayaran gaji dan THR, tentu saja konsumsi rumah tangga meningkat, karena inflasi terkendali. Kalau inflasi terkendali, kemampuan belanja masyarakat akan semakin besar dan karenanya akan menajadi stimulus fiskal, khususnya di kuartal II," ungkapnya, Jumat (25/5).
Kendati demikian, bos baru bank sentral itu pesimistis pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini hingga 5,4% pada 2018.