close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pejalan kaki melintas melewati
icon caption
Pejalan kaki melintas melewati "underpass" Sudirman yang ditutup bagi kendaraan bermotor di Jalan Kendal, Jakarta Pusat, "underpass" tersebut ditutup untuk dijadikan pedestrian penunjang Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas./AntaraFoto
Bisnis
Kamis, 21 Maret 2019 11:10

Pengamat pertanyakan efektivitas 53 TOD

Pemerintah membangun TOD  dalam rangka mengurangi kemacetan melalui integrasi transportasi moda
swipe

Guna mengoptimalkan penggunaan transportasi umum, Badan Pengelola Tranportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan, bisa membangun 53 Transit Oriented Development (TOD) sampai akhir 2019. Namun, apakah langkah tersebut optimal guna membuat masyarakat beralih kendaraan pribadi ke transportasi umum?

Menurut pengamat Transportasi Universitas Indonesia Mohamad Ali Berawi, target yang dicanangkan oleh BPTJ untuk 53 TOD tidak efisien. 

"57 titik ini, bagi saya kebanyakan, taruh lah 10 titik dikasih apartemen semua, bagaimana mau mengisi transportasi umum atau dalam hal ini misalnya LRT?," kata Ali kepada Alinea.id, Rabu (21/3). 

TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti busway/BRT, kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. 

Pemerintah membangun TOD  dalam rangka mengurangi kemacetan melalui integrasi transportasi moda, tapi tidak akan optimum tanpa revitalisasi wilayah.

Apalagi kebanyakan lintas TOD diisi dengan membangun banyak apartemen di dekat stasiun. Padahal seharusnya TOD memiliki fungsi penghubung penduduk dan pengungkit atau titik tumpu yang terhubung dengan transportasi umum di semua wilayah. 

Fungsi TOD seharusnya bisa menghubungkan satu sama lain aktivitas masyarakat di Indonesia. Dari kantor, tempat tinggal, sampai ke tempat hiburan. Sehingga masyarakat tidak menggunakan kendaraan pribadinya. 

Idealnya, 40%-50% TOD untuk untuk resindensial, 10%-20% untuk komersial dan kantor, serta 5%-10% untuk hotel dan fungsi lain seperti museum, movie theatre, taman, dan sebagainya. 

"Artinya, Jakarta sedang melakukan revitalisasi luar biasa, tapi tidak dilakukan dengan optimal," ujarnya. 

Untuk diketahui, berdasarkan data BPTJ jumlah penduduk di Jabodetabek yang mencapai 33 juta penduduk. Namun pergerakan orang yang untuk menggunakan fasilitas umum mencapai 57 juta per hari. Sementara, sampai saat ini infrastruktur yang ada hanya bisa mengakomodasi 6 juta penduduk per hari. 

Oleh karena itu, kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono pembangunan TOD menjadi penting ke depannya. BPTJ menargetkan bisa membangun TOD di 53 titik di pusat-pusat simpul transportasi. 

"Usaha kami adalah meyakinkan bahwa trayek bus ke pemukiman ke stasiun-stasiun terlayani dengan baik. Kami ada 10 trayek baru, bahkan bisa bertambah 50 bus sehari untuk melayani ini. Supaya ridership meningkat," kata Bambang di Kantor Kadin, Rabu (20/3). 

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan