Mispersepsi terkait subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dipandang masih terjadi di masyarakat. Hal itu sangat terlihat kala dikeluarkannya Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM.
"BLT adalah stimulus perangsang pertumbuhnan ekonomi, awalnya kebutuhan konsumtif menjadi produktif. Kunci utama dalam meningkatkan ekonomi adalah memperbaiki produktifitas masyarakat dengan mengalihkan anggaran subsidi BBM," kata pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah, Surya Vandiantara, dalam keterangan resminya, Senin (24/10).
Dia menambahkan, perbaikan produktivitas masyarakat dapat dilakukan dengan membuat gardu listrik. Selain itu, perlu dilakukan efisiensi anggaran diperkukan untuk meningkatkan produktivitas nasional.
Tak dipungkiri, kenaikan BBM pasti berdampak ke semua lapisan masyarakat, khususnya di sektor ekonomi yang pasti akan diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Peneliti Senior Pusat Kajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN, Ali Munhanif, mengungkapkan bahwa kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu karena pengalihan subsidi. Hal itu yang menurutnya tidak banyak diketahui masyarakat sehingga menimbulkan banyak aksi protes.
"Naiknya BBM dikarenakan membelokkan subsidi ke pembangunan infrastruktur, membangun pendidikan dan kesehatan lebih baik lagi," ujarnya.
Pengalihan subsidi, kata dia, bertujuan untuk embangunan infrastruktur agar pemerataan harga disetiap daerah. Di sisi lain, pencabutan karena BBM subsidi tidak sesuainya target yang diharapkan.
Terakhir diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, adanya penyesuaian tarif bahan bakar minyak (BBM) di awal September 2022, mendorong kenaikan inflasi di September 2022. Kenaikan inflasi ini terjadi pada komponen komoditas harga diatur pemerintah (administered price) yang memberi pengaruh terbesar di inflasi September 2022.