close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pengembang properti meminta perbankan untuk tak menaikkan suku bunga kredit menyusul kenaikan bunga acuan Bank Indonesia / Shutterstock
icon caption
Pengembang properti meminta perbankan untuk tak menaikkan suku bunga kredit menyusul kenaikan bunga acuan Bank Indonesia / Shutterstock
Bisnis
Kamis, 31 Mei 2018 10:40

Jeritan pengembang minta bank tak naikkan bunga kredit

Bunga KPR dan kredit konstruksi yang berlaku saat ini saja sudah sangat tinggi. Bunga KPR di atas 10%, dan kontruksi mencapai 14%.
swipe

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia diyakini belum berdampak langsung terhadap industri properti. Kendati begitu, pengembang masih menunggu langkah perbankan nasional dalam menentukan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) maupun bunga konstruksi.

Sekretaris Jenderal DPP Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengakui kalau perbankan belum menaikkan bunga kredit, dalam waktu dekat. Namun demikian, bunga KPR dan bunga kredit konstruksi yang berlaku saat ini saja sudah sangat tinggi. Adapun bunga KPR saat ini di atas 10%, sedangkan bunga kredit konstruksi berkisar 12%-14%.

“Margin keuntungan bank dari bunga ini juga sudah sangat besar. Ini yang kami harapkan bisa dibantu supaya bunga turun ke single digit,” kata Totok saat dihubungi Alinea.

Meski demikian, pihaknya melihat adanya dukungan positif dari pemerintah ke sektor properti. Apalagi pelaku industri properti telah melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo pada Senin (28/5) lalu untuk membahas keberlangsungan industri ini.

Pada kesempatan itu, Presiden menyatakan bakal memberikan perhatian khusus terhadap industri properti di tanah air. Di antaranya melakukan kajian mengenai keuntungan perbankan dari bunga kredit bersama Otoritas jasa Keuangan (OJK).

Apalagi Gubernur Bank Indonesia yang baru, Perry Warjiyo sudah menyatakan bakal memberikan atensi terhadap kebijakan loan to value dan bunga kredit pemilikan rumah. Terobosan dari semua stakeholder sangat dinantikan oleh developer maupun masyarakat untuk menggairahkan sektor properti.

Kendati begitu, para pengembang akan melakukan sejumlah antisipasi jika perbankan ikut menaikkan bunga kredit. Hal paling mudah yakni memberi subsidi bagi konsumen dengan membayarkan selisih bunga. “Namun kita memang tidak bisa berandai-andai. kami harapkan adanya yang terbaik karena pemerintah sudah berkomitmen support sektor properti,” kata dia.

Segmen menengah-atas terimbas kenaikan bunga

Pasar properti yang akan terpengaruh dengan kenaikan suku bunga berada di segmen menengah dan menengah atas. Dari data REI, sebanyak 86% konsumen di segmen tersebut membeli properti menggunakan fasilitas kredit pemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA). Sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih mendapat subsidi pemerintah sehingga tidak terdampak.

Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) Theresia Rustandi yakin kenaikan suku bunga acuan, tidak serta merta berdampak langsung terhadap bunga kredit properti. Biasanya, bank akan mengevaluasi kebijakan ini dan pengaruhnya bisa terjadi dalam dua hingga tiga bulan berikutnya. 

Namun begitu, pengembang berharap perbankan tidak segera menaikkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit konstruksi. “Kami berharap perbankan bisa arif menyikapi kenaikan ini, karena properti adalah salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembang saat ini masih berjuang dengan beban yang cukup berat,” kata Theresia.

Sementara itu, hasil survey Bank Indonesia menyatakan harga properti residensial pada triwulan I-2018 meningkat sebesar 1,42%, bila dibandingkan kuartal sebelumnya dan meningkat sebesar 3,5% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Peningkatan harga properti residensial terutama disebabkan kenaikan harga bahan bangunan (35,07%) dan kenaikan upah pekerja (21,21%).

Kenaikan harga properti terjadi pada semua tipe rumah, terutama pada rumah tipe kecil, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Surabaya. Peningkatan harga rumah terutama disebabkan kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja, sama seperti triwulan sebelumnya. Survei juga memerkirakan kenaikan harga rumah masih akan berlanjut pada triwulan II-2018.

Sementara, penjualan properti residensial tetap mencatat pertumbuhan positif pada triwulan I-2018. Volume penjualan properti tumbuh 6,85% (qtq) pada triwulan I-2018. Namun, pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,69% (qtq).

Hasil survei juga menunjukkan pembiayaan pembangunan properti residensial oleh pengembang terutama bersumber dari dana nonperbankan. Sebesar 57,84% pengembang menggunakan dana internal perusahaan sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial.

Sementara itu, pembiayaan pembelian properti residensial oleh konsumen terutama bersumber dari perbankan. Sebanyak 75,80% konsumen memanfaatkan KPR dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial.
 

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan