Anggota Komisi IV DPR, Djarot Saiful Hidayat, menilai, pengembangan kawasan lumbungan pangan (food estate) hortikultura berbasis korporasi di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut), belum optimal. Program tersebut dicanangkan sejak 2020 oleh Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan).
"Setelah berjalan 3 tahun, kita evaluasi, ternyata hasilnya belum optimal, tidak seperti yang kita harapkan. Baru terealisasi sekitar 165 hektare dari 215 hektare luas area yang telah dikembangkan melalui dukungan APBN Ditjen Hortikultura," tuturnya. "Untuk bisa mengembangkan sampai dengan 215 hektare itu, menurut saya, berat."
Pernyataan tersebut disampaikannya di sela-sela kunjungan kerja Komisi IV DPR ke Desa Ria Ria, Kecamatan Pollung, Humbahas, pada Kamis (26/1). Kegiatan turut diikuti beberapa anggota dewan lain, yakni Mindo Sianipar, Maria Lestari, Darori Wonodipuro, Sulaeman L. Hamzah, Edward Tannur, dan Slamet.
Djarot pun meminta Kementan menelaah komoditas yang ideal dikembangkan di kawasan lumbung pangan Humbahas. Pangkalnya, banyak komoditas yang dibudidayakan tidak fokus untuk mengantisipasi inflasi.
"Di sana ternyata ada macam-macam [komoditas], seperti jagung, cabai, kol, dan lainnya. Sebaiknya kita perlu fokus, misalnya Humbahas fokus untuk mengembangkan bawang merah, bawang putih, dan kentang," ujarnya, melansir situs web DPR.
"Kemudian, penting juga ada kemitraan dengan investor karena program FE (food estate) itu harusnya berpikir dari hulu ke hilir, bukan hanya produksinya, tapi juga bagaimana kita mengelola produksi itu yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani," imbuhnya.
Sebelumnya, Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor, menerangkan, total produksi food estate di wilayahnya mencapai lebih dari 1.000 ton. Perinciannya, kentang 392 ton, bawang merah 165 ton, kubis 294 ton, cabai 271 ton, jagung 93 ton, tomat 26 ton, dan bawang putih 13 ton. Produktivitas maksimum kentang mencapai 24 ton/ha dan bawang merah 13 ton/ha.
"Total petani yang terlibat adalah 350 petani yang tergabung dalam 9 korporasi petani. Terdapat 7 investor yang telah bergabung, yaitu PT Parna Raya dengan komoditi bawang merah dan bawang putih, PT Indofood dengan komoditi kentang, PT Eden Farm dengan komoditi kentang, PT Ewindo dengan komoditi kentang, PT DR dengan komoditi kentang, bawang merah dan buncis, PT BISI dengan komoditi jagung, dan PT Champ dengan komoditi kentang," tuturnya.