Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan, pertumbuhan investor Indonesia dalam setahun ini tertinggi di ASEAN. Setidaknya tercatat tujuh juta investor pasar modal pada tahun ini, dan ini pertama kali dalam sejarah pasar modal Indonesia.
“Ini kerja yang luar biasa. Ada tujuh juta investor di pasar modal, nilai emisi efek di pasar modal meningkat 201,95% dari Rp118,7 triliun di 2020 menjadi Rp358,42 triliun di 2021. Penghimpunan dana ini mayoritas digunakan sebagai modal kerja. Sebagai perbandingan, pembiayaan perbankan tidak mencapai Rp300 triliun untuk tahun ini," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada penutupan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (30/12).
Untuk itu, OJK berkomitmen penuh meningkatkan stabilitas pasar dengan berbagai upaya. Salah satunya dengan meningkatkan kepercayaan masyarakat di pasar modal dan meningkatkan likuiditas.
“Banyak masyarakat semenjak pandemi mengurangi aktivitas belanja dan menanamkan uangnya untuk berinvestasi di pasar modal. Apalagi sudah ada digitalisasi, dan itu sangat mendukung perkembangan pasar modal," kata dia.
Sejalan dengan itu, pasar saham Indonesia masih menguat. Hingga 24 Desember 2021, IHSG tercatat menguat sebesar 0,4% mtd ke level 6.563 dengan nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp0,94 triliun. Sementara di pasar SBN, nonresiden mencatatkan outflow sebesar Rp 24,99 triliun sehingga mendorong rerata yield SBN naik 8 bps mtd pada seluruh tenor.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menyebutkan, pasar modal di 2021 telah banyak diwarnai optimisme dan keyakinan besar investor untuk berinvestasi dalam pasar modal Indonesia.
“Hal ini tercermin dari indeks harga saham gabungan yang terus mengalami pemulihan dan bahkan sempat menempatkan posisi tertinggi di tahun ini pascamengalami tekanan besar pada 2020. Nilai kapitalisasi pasar saham juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Lebih dari US$1,5 triliun atau meningkat lebih dari 15% dari tahun sebelumnya," kata dia.
Pemulihan ini turut ditopang oleh lonjakan aktivitas perdagangan di sepanjang 2021, baik sisi nilai frekuensi, maupun dari sisi volume perdagangan.
“Kami mencatatkan frekuensi perdagangan di bursa Indonesia merupakan tertinggi dibandingkan di bursa ASEAN dalam tiga tahun terakhir,” jelas Inarno.
Inarno menegaskan optimisme besar juga terlihat dari marakanya perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini.
“Tercatatkan dari 54 perusahaan yang melakukan IPO di BEI hingga akhir 2021. Dari jumlah itu terdapat total penggalangan dana sebesar Rp62,61 triliun yang merupakan tertinggi sepanjang sejarah BEI," pungkasnya.