Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) seperti yang terjadi seminggu terakhir, membuat investasi pada barang dan jasa berorientasi ekspor menjadi penting.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai, jika dinilai dalam kurs dollar AS, pelemahan nilai tukar menyebabkan barang Indonesia menjadi lebih murah. Dengan begitu produksi barang dan jasa nasional menjadi murah.
"Rupiah melemah, investasi ke Indonesia menjadi murah. Asal masih dalam kisaran yang stabil saya kira tidak masalah," ujarnya, Selasa (6/2).
Terkait dengan itu, BKPM akan menyarankan pemerintah untuk mengkaji dan mengatur lagi kebijakan perizinan dan peraturan. Sehingga bisa meningkatkan kepercayaan kepada investor dengan kebijakan yang rasional.
Salah satu sektor usaha yang akan mendapatkan keuntungan dari melemahnya nilai tukar adalah sektor pariwisata. Pada saat ini sektor pariwisata sudah menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia setelah sawit atau CPO.
Berdasarkan data 2016, perolehan devisa dari CPO sebesar US$ 15,96 miliar, sedangkan pariwisata mencapai US$ 13,56 miliar. “Sumber penghasil devisa harus ditingkatkan, baik itu melalui sektor pariwisata dan juga pabrik-pabrik penghasil ekspor,” kata dia.
Industri pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia pada 2019 yaitu US$ 24 miliar.
Angka itu melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit. Dampak devisa yang masuk itu langsung dirasakan seluruh lapisan masyarakat.