Di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajak para pelaku usaha memperkuat rupiah. Menjawab tantangan itu, pengusaha menyiapkan lima langkah untuk memperkuat ekonomi dan rupiah.
Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Industri (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebutkan, langkah itu antara lain, membatasi penggunaan transaksi valuta asing dan hanya digunakan untuk tujuan yang benar-benar penting saja.
Lalu, mengutamakan pemasok dalam negeri dalam rantai bisnis, meningkatkan ekspor dan mencari peluang pasar non tradisional luar negeri, dan menyusun rancangan investasi dalam bentuk rupiah termasuk pinjaman dalam bentuk rupiah. Serta, maksimalisasi tenaga kerja dan ahli lokal, dan konversi upah tenaga kerja asing ke rupiah dengan nilai yang tetap.
Langkah itu disebut untuk mendukung pemerintah dalam menguatkan ekonomi dan rupiah. "Kami akan selalu mendukung pemerintah menghadapi situasi ekonomi yang sulit saat ini, pelemahan rupiah akan kami atasi bersama-sama dengan meminimalkan penggunaan dollar," ujar Shinta, Jakarta.
Ketua KADIN Rosan Perkasa Roeslani mengaku peran pengusaha di dalam perekonomian negara sangat besar. Kebijakan yang sudah dijalankan pemerintah saat ini dinilai sudah baik, namun perlu meningkatkan kebijakan pajak yang lebih konstruktif.
"Saya apresiasi kebijakan Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani karena sedang membangun reformasi perpajakan, ini perlu didukung. Kami nantikan kebijakan yang bekelanjutan dan bisa menciptakan perekonomian yang adil dan makmur," papar Rosan.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan menggenjot ekspor ketimbang impor untuk menghadapi gejolak eksternal. Dengan demikian, tren pelemahan nilai tukar rupiah bisa diredam.
"Kami ingin mengajak pengusaha untuk turut memperkuat ekonomi Indonesia dengan meningkatkan ekspor, mensubtitusi impor dan memperbaiki iklim usaha supaya capital inflow tetap bisa terjaga," imbau Sri Mulyani.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kemenko Perekonomian, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2018 mengalami defisit sebesar US$4,3 miliar. Angka ini tertinggi sejak triwulan IV-2015.
Cadangan devisa susut dari US$126 miliar pada triwulan I-2018 menjadi US$119,8 miliar pada triwulan II-2018.
Penyebab utama melebarnya defisit neraca pembayaran Indonesia berasal dari peningkatan defisit transaksi berjalan dari US$5,7 miliar menjadi US$8 miliar. Angka tersebut tertinggi sejak triwulan III-2014.