PT Toyota Astra Motor mencatatkan penjualan kendaraan roda empat turun sebesar 9% pada kuartal III-2019. Penurunan ini masih lebih baik dari rata-rata industri yang mengalami penurunan hingga 11,7% dari awal tahun (year-to-date/ytd).
Head of Corporate Strategy and New Business Toyota Astra Motor Lina Agustina mengatakan ada banyak faktor selain ekonomi yang mempengaruhi penurunan penjualan mobil.
"Pertama, kondisi politik yang lumayan memanas dari awal tahun sampai Oktober. Customer pasti wait and see, kondisi stabil baru mereka berani membeli mobil," kata Lina dalam acara Kongkow Bisnis Pas FM di Jakarta, Rabu (20/11).
Faktor kedua, lanjut Lina, karena adanya permintaan buruh untuk menaikkan Upah Minimum Ragional (UMR) yang membuat demo buruh sehingga cukup menghambat produksi mobil yang akhirnya membuat pasokan terbatas.
Ketiga, Lina mengatakan pasar otomotif pada 2019 tak memiliki begitu banyak varian produk baru dibandingkan dengan tahun 2018. Sebab, peluncuran produk baru menurut Lina cukup mendongkrak penjualan mobil secara signifikan.
"Ada beberapa produk baru yang dipasarkan akhir 2017, jadi full impact-nya terjadi di 2018. Sementara tahun ini tak ada yang signifikan," ujarnya.
Dibandingkan dengan mobil penumpang, Lina mengatakan mobil komersial seperti truk besar 5 ton memang mengalami penurunan penjualan yang cukup dalam, lebih dari 20%. Penurunan penjualan mobil komersial ini seiring dengan melemahnya harga komoditas.
Ke depannya, Lina mengatakan pihaknya masih melihat prospek industri dan beberapa faktor pelemahan di industri otomotif. Dari faktor pelemahan, beberapa pemerintah daerah telah memastikan akan menaikkan pajak kendaraan 2,5%. Hal tersebut membuat konsumen yang sebenarnya memiliki uang tak berani untuk menghabiskan uangnya untuk membeli mobil.
"Tapi faktor positifnya, pemerintah sempat mengatakan akan mengembangkan mobil listrik. Jadi insentif untuk mobil listrik ini kami tunggu," tuturnya.