close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi asuransi. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi asuransi. Foto Freepik.
Bisnis
Sabtu, 15 Februari 2025 20:18

Pentingnya memiliki tameng keuangan

Strategi merancang dan merintis keuangan menuju sejahtera, melibatkan setidaknya tiga tameng yang perlu dimiliki secara bersamaan.
swipe

Strategi merancang dan merintis keuangan menuju sejahtera, melibatkan setidaknya tiga tameng yang perlu dimiliki secara bersamaan. Ketiganya sebagai jaminan agar langkah tak akan terhenti oleh kejadian tak diinginkan.

“Seperti pejuang yang hendak berperang, yang pertama dikenakannya adalah baju zirah. Pelindung dari jalinan rantai besi yang berfungsi melindungi tubuhnya dari peluru dan tombak. Dalam strategi merancang dan merintis keuangan, baju zirah layaknya tameng utama yang diperlukan untuk melindungi setiap langkah kita menuju sejahtera," ujar Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Eveline Haumahu, baru-baru ini. 

Tameng utama tersebut, yakni asuransi jiwa. Asuransi jiwa merupakan perlindungan. Fungsinya, sebagai pengganti diri sebagai pencari nafkah. Dengan memiliki uang pertanggungan yang cukup, rencana keluarga seperti pendidikan anak-anak dan pensiun pasangan tak terhenti seketika saat tiba waktunya seseorang harus menutup mata.

Namun, Eve bilang, tak semua orang membutuhkan instrumen ini.

"Jika ada anggota keluarga yang akan terimbas secara ekonomi ketika Anda tidak lagi bersama mereka, maka Anda memerlukan perlindungan jiwa. Sebaliknya, jika tidak ada yang bergantung pada Anda secara finansial, maka Anda tidak membutuhkan asuransi jiwa. Misalnya, jika Anda sudah memasuki usia pensiun dan semua anak Anda sudah bekerja serta tidak lagi bergantung pada pemberian Anda," tuturnya.

Lalu, seberapa besar uang pertanggungan yang cukup? Menurutnya, bisa dihitung dari nilai ekonomis diri seseorang. Caranya, jumlah penghasilan per tahun dibagi 4%. "Jadi kalau setahun penghasilan Rp120 juta, maka nilai ekonomisnya Rp3 miliar. Nah sebesar itulah uang pertanggungan jiwa yang diperlukan," lanjutnya.

Tameng lain adalah asuransi kesehatan. Menurut Eve, mengalihkan risiko pertanggungan kesehatan kepada perusahaan asuransi, baik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maupun asuransi swasta penting dilakukan lantaran besarnya biaya rumah sakit. Tak jarang, sakit bisa menguras tabungan dan aset lainnya.

Membeli asuransi kesehatan bisa dilakukan sedini mungkin dan jangan tunggu sakit. “Kita tak pernah tahu risiko kesehatan yang dimiliki, dan kapan akan memerlukan pertanggungan asuransi kesehatan karena besarnya biaya yang harus ditanggung," katanya.

Selain itu, dengan membuka polis asuransi kesehatan sejak masih muda dan sehat, akan menikmati perlindungan yang lebih lengkap, tanpa pengecualian-pengecualian dari beberapa penyakit yang sudah keburu diderita ketika membuka membeli di usia yang lebih tua.

Kemudian, dana darurat. Selain risiko jiwa dan kesehatan, kata Eve, masih ada ancaman lain yang dapat memengaruhi keuangan secara drastis. Misalnya, kehilangan pekerjaan, kebutuhan mendadak dari anggota keluarga sampai bencana tak terduga. Kondisi itu bisa mengubah nasib seseorang di tengah perjuangan hidup, dan secara tiba-tiba menguras harta.

“Pandemi Covid-19 mengajarkan kejadian darurat bisa berlangsung serentak di seluruh dunia, sehingga kita tak mungkin meminta tolong pada orang lain yang juga sedang mengalami krisis yang sama," ujarnya. 

Dia mengaku mencadangkan 12 kali pengeluaran bulanan sebagai dana darurat. Besaran itu memperhitungkan asumsi jika dia kehilangan pekerjaan, akan punya waktu 12 bulan untuk mencari pekerjaan baru.

Selain besarannya, yang perlu disikapi dari dana darurat adalah penyimpanannya. Dana darurat perlu penyimpanan yang likuid, mudah diakses, sekaligus mampu tumbuh mengalahkan inflasi agar nilainya bertahan.

“Saya pilih kombinasi dari rekening tabungan bank dan reksadana pasar uang,” kata Eve.

Secara rinci, dari 100% dana darurat, sekitar 10% diantaranya disiagakan di rekening tabungan, untuk kejadian darurat yang benar-benar harus diselesaikan segera. Kemudian, 90% sisanya disimpan di reksadana pasar uang yang tumbuh di kisaran 4% hingga 5% setahun, sehingga nilainya masih mengejar inflasi.

"Reksadana pasar uang ideal karena bisa dicairkan dalam waktu cukup cepat, rata-rata satu hingga empat hari kerja saja," katanya. 

Selain tiga tameng utama, menurutnya, perlu perisai ekstra yakni income atau pendapatan kedua. Tak hanya bisa kaya lebih cepat, penghasilan tambahan juga menjadi pelampung ketika terdapat risiko kehilangan pekerjaan.

Punya penghasilan kedua tak berarti harus bekerja dua kali lebih keras, atau menghabiskan waktu dua kali lebih banyak setiap harinya. Pendapatan kedua bisa dikantongi dari sewa properti atau melalui beragam instrumen pasar modal seperti obligasi dengan kupon tetap dan reksadana yang membayarkan dividen reguler.

"Punya tiga plus satu tameng finansial memang tidak menjamin hidup Anda berjalan lancar tanpa hambatan, tetapi setidaknya membentengi dari keharusan membanting setir saat terjadi kejutan-kejutan tak menyenangkan dalam hidup. Setelah punya tameng finansial, seseorang bisa leluasa dan mantap menumbuhkan kekayaan," katanya.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan