close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Penyebab serapan gabah dan beras Bulog masih rendah. Dokumentasi Bulog
icon caption
Penyebab serapan gabah dan beras Bulog masih rendah. Dokumentasi Bulog
Bisnis
Rabu, 19 April 2023 08:44

Penyebab serapan gabah dan beras Bulog masih rendah

Hingga 15 April 2023, stok beras di Bulog hanya 280.000 ton, jauh dari stok ideal sebesar 1,2-1,5 juta ton.
swipe

Musim panen raya padi sudah mencapai puncaknya pada tahun ini. Namun, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) belum mampu memperbesar cadangan beras pemerintah (CBP) sesuai target yang ditentukan. Hingga 15 April 2023, stok beras di Bulog hanya 280.000 ton, jauh dari stok ideal sebesar 1,2-1,5 juta ton.

Tahun ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menugaskan Bulog menyerap 2,4 juta ton beras. Dari jumlah itu, 70% diharapkan diserap ketika musim panen raya Februari-Mei.

Pada akhir tahun, Bulog diharapkan memiliki stok akhir 1,2 juta ton beras. Sejak awal 2023 hingga saat ini, Bulog baru bisa menyerap 222.000 ton beras. Sebanyak 128.000 ton beras di antaranya diserap pada medio April. 

Kepala Divisi Pengadaan Pangan Lain Bulog, Yayat Hidayat Fatahilah, mengatakan, tren penyerapan Bulog meningkat akhir-akhir ini. Itu tecermin dari penyerapan harian yang mencapai 8.000-9.000 ton beras. Namun, penyerapan tetap menghadapi tantangan akibat harga gabah dan beras di pasar yang tinggi.

Kecenderungan harga gabah dan beras di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sudah terjadi sejak 2006. Harga, jelas Yayat, akan mendekati HPP menjelang puncak panen raya.

"Di daerah yang produksinya banyak, seperti Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, ada yang harganya sama dengan HPP atau di bawah HPP sehingga kami bisa menyerap," katanya dalam Alinea Forum bertajuk "Memperkuat CBP dari Pengadaan Dalam Negeri", Senin (17/4).

Harga gabah setelah memasuki panen raya Maret-April bergerak turun. Dari kisaran Rp5.800 per kilogram (kg) menjadi Rp5.200 per kg. Meskipun menurun, harga ini masih di atas HPP untuk pembelian Bulog, yaitu Rp5.000 per kg. Ketika musim panen raya lewat, harga gabah diperkirakan akan lebih tinggi lagi.

Selain harga, pengadaan CBP terkendala panen raya yang bersamaan dengan musim hujan. Ini membuat kualitas gabah kurang baik. Gabah yang bisa diserap sesuai kriteria HPP harus mengandung kadar air maksimum 25% dan kadar hampa maksium 10%. Kualitas gabah kurang baik karena petani tidak memiliki fasilitas pengeringan.

Bulog juga sulit membeli gabah langsung dari petani. Sebab, banyak petani di daerah yang menerima uang muka dari pihak swasta dengan sistem ijon dan tebasan. Gabah petani disetor ke mereka. Meski demikian, Bulog dengan jejaring kantor wilayah di berbagai daerah akan berupaya mengoptimalkan penyerapan dari dalam negeri.

Penyebab harga tinggi
Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, menerangkan, Bulog sebetulnya punya pilihan membeli gabah dengan skema komersial.

Sayangnya, langkah tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar harga gabah dan beras di pasar tidak semakin tinggi. "Ini tentu tidak kita kehendaki," kata dia.

Tingginya harga gabah saat ini, urai Ketut, tak terlepas dari surplus yang tidak besar. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Bapanas, surplus sepanjang 2023 diproyeksikan hanya sekitar 1,38 juta ton, sedikit lebih tinggi dari surplus tahun lalu, 1,34 juta ton. Surplusnya lebih kecil jika dibandingkan 2018 sebesar 4,7 juta ton. Angka surplus ini hanya menghitung perkiraan produksi dikurangi konsumsi. 

Untuk memastikan Bulog kompetitif di pasar, Bapanas telah menaikkan HPP. Selain gabah, HPP beras di gudang Bulog juga dinaikan dari Rp8.300 per kg menjadi Rp9.950 per kg. Penyerapan belum juga besar karena ada sejumlah faktor.

Pertama, sebagian besar penggilingan tak memiliki stok saat panen 2023. Di sisi lain, harus tetap melayani jejaring distribusi. "Bisa dibilang mereka sebagai price maker, tapi itu untuk menjaga operasional penggilingan tetap berjalan dan pelayanan terhadap jejaring distribusi tetap terlayani," tuturnya. 

Kedua, sebagian stok padi disimpan para rumah tangga petani atau produsen. Di Lombok, kata Ketut, 30% produksi gabah disimpan petani. Adapun di Bangli, Bali, 40% gabah dikonsumsi sendiri oleh petani. "Petani tidak menjual 100% produksi mereka."

Faktor ketiga, prognosis neraca beras nasional surplus 1,38 juta ton oleh Bapanas belum memasukkan kebutuhan cadangan pangan. Kalau kebutuhan cadangan beras nasional diperhitungkan, kata Ketut, produksi tahunan masih kurang walaupun ada carry over. Namun, diakuinya, produksi beras tiap tahun masih surplus setelah dikurangi konsumsi.

Terakhir, urai Ketut, jumlah impor beras khusus menurun. Ia menyebut beras Jasmine yang selama ini diimpor ternyata bisa diganti dari produksi domestik. Memang ini belum jelas benar. Namun, penurunan impor juga memengaruhi pasokan beras.

Tantangan lain adalah perintah Presiden Joko Widodo yang meminta Bapanas memperpanjang penyaluran bantuan sosial (bansos) beras 10 kg untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dari Juni-Agustus. Ini merupakan kelanjutan dari penugasan penyaluran bansos beras kepada Bulog selama Maret-Mei.

"Ini juga menambah tantangan kita untuk penyediaan cadangan pangan, khususnya beras. Untuk itu, saya mengimbau mari bersama-sama mendorong suplai beras ke Bulog. Bagaimana Bulog berstrategi agar serapan dalam negeri bisa dioptimalkan," tutur dia.

Guna menyeimbangkan stok beras, Ketut merekomendasikan pola jungkat-jungkit. Maksudnya, keran impor kepada Bulog yang tahun ini dialokasikan 2 juta ton beras akan ditutup ketika pemenuhan cadangan beras dalam negeri mulai membaik. Sebaliknya, apabila cadangan belum terpenuhi, keran impor tetap dibuka sehingga stok beras seimbang. 

"Saat ini, cadangan pangan harus kita penuhi terlebih dahulu. Impor 500.000 ton harus segera datang. Itu poin pentingnya sehingga ada beras untuk mengintervensi, memberi bantuan, menjaga stabilisasi harga bisa dilakukan oleh Bulog. Kalau tidak, ini juga akan menghambat program pemerintah dalam hal bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan juga akan menghambat dalam rangka stabilisasi harga di pasar," kata Ketut.

Optimalisasi penyerapan
Sementara itu, Koordinator Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serealia Kementerian Pertanian (Kementan), Rachmat, mengungkapkan, pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi padi lewat dua langkah, peningkatan produktivitas dan perluasan luas tanam/panen.

Peningkatan produktivitas, antara lain, dengan penggunaan benih varietas unggul dan inovasi teknologi. Sementara itu, perluasan areal tanam dilakukan dengan tumpang sari, pemanfaatan peremajaan hingga penggunaan lahan bekas tambang. Kementan juga mempercepat masa tanam kedua untuk antisipasi kemarai panjang atau El Nino.

Mengenai potensi luas panen, urai Rachmat, pada Januari-Mei 2023 diperkirakan mencapai 5,12 juta hektare. Dari luas panen itu bisa diproduksi gabah kering 26,88 juta ton yang setara 15,48 juta ton beras. Dari lokasi-lokasi panen yang terdata di BPS, kata Rachmat, diharapkan Bapanas dan Bulog berkoordinasi dengan pihak terkait.

"Untuk kemudian bisa memetakan lebih detail lokasi-lokasi yang terjadi panen dan kita harapkan di lokasi-lokasi inilah Bapanas dan Bulog bisa mengoptimalkan penyerapan gabah di musim panen raya untuk jadi cadangan beras pemerintah," ujar dia.

Rachmat menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, produksi beras berfkultuasi. Ada bulan-bulan surplus dan bulan-bulan defisit. Fluktuasi mengikuti siklus tanam komoditas. Akan tetapi, surplus panen bulanan tiga bulan pada tahun lalu mampu memenuhi kebutuhan pangan satu tahun dan mengatasi defisit. 

"Begitu juga di 2023, surplus di tiga bulan pertama, yakni Februari hingga April, akan mampu mengatasi defisit di bulan-bulan berikutnya. Sehingga harapan kami adalah tata kelola terkait serapan gabah [di saat surplus] itu bisa dioptimalkan di puncak panen raya ini," kata Rachmat.

img
Gempita Surya
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan