Sejumlah bankir berkeyakinan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% pada Rapat Dewan Gubernur bulan Mei 2018 ini.
Sebagian besar bankir yang diwawancara Antara juga mengindikasikan akan merespons dengan menaikkan suku bunga simpanan. Namun, masih akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga kredit. Alasannya, perbankan masih menghitung rasio kredit bermasalah dan ancaman tekanan permintaan kredit.
"Tekanan global ini akan mendorong kemungkinan BI menaikkan sekitar 0,25% bunga acuannya," ujar Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Suprajarto.
Meski demikian, kata Supra, BRI tidak akan langsung menaikkan suku bunga kredit untuk mengkompensasi biaya dana karena suku bunga simpanan yang meningkat. Perusahaan bakal meningkatkan efisiensi agar beban operasional tidak meningkat.
Kalangan bankir juga melihat urgensi bagi Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga, karena arus modal keluar yang semakin menekan nilai rupiah.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Persero Tbk Kartika Wirjoatmodjo menilai, BI tidak perlu terlalu khawatir perbankan merespons kenaikan suku bunga kebijakan Bank Sentral dengan langsung menaikkan suku bunga kredit. Pasalnya, permintaan kredit juga belum begitu pulih. Jika suku bunga kredit naik, dikhawatirkan akan semakin menggerus permintaan kredit.
"Perlu ada respons kebijakan dari BI ketika pasar sudah bergejolak," kata Tiko sapaan akrab Kartika.
PT Bank Central Asia (BCA) Tbk juga menilai peningkatan suku bunga kebijakan BI kemungkinan terjadi. Pelaku pasar juga sudah memperkirakan tentang kenaikan suku bunga acuan dari berbagai sinyalemen yang diungkapkan Bank Sentral dalam beberapa hari terakhir. Senada dengan BRI dan Mandiri, BCA melihat kenaikan suku bunga BI tidak akan langsung mengerek suku bunga kredit.
"Kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin tidak terlalu besar pengaruhnya ke apetite kredit. Kita jaga terus," ujar Direktur BCA Vera Eve Lim.