close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Alinea.id/Bagus Priyo
icon caption
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Alinea.id/Bagus Priyo
Bisnis
Jumat, 21 Oktober 2022 16:58

Sri Mulyani perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 di atas 5,5%

Ekspor Indonesia masih tinggi yaitu, di US$20,28 miliar, namun trennya mulai menurun selama beberapa bulan terakhir.
swipe

Di tengah tekanan inflasi dan kenaikan suku bunga yang tinggi di seluruh dunia, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan kinerja sektor eksternal Indonesia tergolong masih solid. Ini terlihat dari neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mengalami surplus dan menjadi surplus yang ke-29 bulan berturut-turut.

“Neraca perdagangan kita di September masih alami surplus sebesar US$4,99 miliar,” kata Menkeu Sri Mulyani (Srimul) dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (21/10).

Surplus akumulasi sepanjang 2022 totalnya mencapai US$39,9 miliar. Hal ini terjadi didorong tingginya surplus nonmigas, peningkatan ekspor nonmigas, dan meningkatnya ekspor komoditas khususnya batu bara dan Crude Palm Oil (CPO).

Pada neraca ekspor, ekspor Indonesia masih tinggi yaitu, di US$20,28 miliar, namun trennya mulai menurun selama beberapa bulan terakhir. Secara akumulatif, sepanjang 2022, nilai ekspor Indonesia sudah mencapai US$219,4 miliar.

“Dari ekspor ini, selain kuantitas terutama harga CPO yang mengalami penurunan, memberikan kontribusi terhadap penerimaan dari ekspor kita yang menurun, meskipun batu bara harganya masih cukup baik,” jelas Srimul.

Kemudian pada neraca impor disebutkan oleh Srimul sebesar US$22,02, yang juga mulai menunjukkan tren menurun meski lebih baik dibanding tahun lalu. Kinerja positif impor didukung oleh tumbuhnya migas dan kebutuhan industri seperti bahan baku dan barang modal. Jika dijumlah nilai impor sejak Januari hingga September 2022, maka total nilai impor Indonesia mencapai US$179,5 miliar.

Lebih lanjut, Menkeu memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek Indonesia masih cukup kuat. Ini terlihat dari berbagai indikator yaitu, indeks mobilitas di level 16,8, indeks penjualan ritel di level 5,5% year on year (yoy), dan indeks spending yang diukur oleh Mandiri (MSI) sebesar 128,6.

“Berbagai indikator konsumsi tercatat masih dalam posisi yang positif dan ekspansif,” terangnya.

Selanjutnya ditinjau dari sisi suplai yaitu Purchasing Managers’s Index (PMI) Manufaktur terus berekspansi selama 13 bulan berturut-turut, yakni di angka 53,7. Kemudian pada pertumbuhan konsumsi listrik untuk bisnis dan industri masing-masing 17,3% (yoy) dan 8,1% (yoy). Lalu pada kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan mengalami kenaikan yang masing-masing di posisi 72,91 dan 70,84.

“Ini semuanya menggambarkan bahwa kuartal ketiga ini Gross Domestic Product (GDP) kita mungkin masih sangat kuat, meskipun kemarin kita melakukan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), namun pengaruhnya terhadap gross, mungkin masih relatif terjaga,” tandas Srimul.

Kemenkeu pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 hingga akhir tahun ada di kisaran 5,0% (yoy) hingga 5,3% (yoy). Sehingga diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022 masih tumbuh sangat kuat, yaitu di atas 5,5%.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan