close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Perry Warjiyo ketika dilantik sebagai Gubernur BI / dok. Bank Indonesia
icon caption
Perry Warjiyo ketika dilantik sebagai Gubernur BI / dok. Bank Indonesia
Bisnis
Jumat, 25 Mei 2018 10:22

Perry Warjiyo diminta jaga stabilitas nilai tukar

Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah
swipe

Sejumlah kalangan berharap Gubernur BI yang baru saja dilantik, Perry Warjiyo bisa merealisasikan janjinya. Salah satunya dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.    

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengaku memiliki harapan kepada Perry Warjiyo. Pertama, pejabat negara harus bisa meyakinkan kepada pasar bahwa ekonomi Indonesia relatif stabil dan tidak ada masalah. Hal ini harus terus dikonfirmasi kepada publik dan dibuktikan secara nyata.

"Secara fundamental, nilai tukar rupiah tidak selemah seperti sekarang. Untuk itu, kami berharap otoritas moneter sekarang menunjukkan wibawanya. Berbicara ke publik dan membuktikannya bahwa sebenarnya tidak lemah," ujarnya, Kamis (24/5) malam, di Jakarta.

Selain itu, otoritas fiskal juga sebaiknya berbicara kepada publik bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia cukup kuat ke depannya untuk membayar kewajiban utang. Sehingga persepsi jelek mengenai pelemahan rupiah dan tidak kuatnya APBN akan hilang. Terlebih juga soal kebijakan ekspor. "Di luar negeri misalnya, sisa ekspor harus ada di dalam negeri," kata dia.

Sementara Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menginginkan Gubernur Bank Indonesia yang baru, Perry Warjiyo, dapat fokus mengambil kebijakan yang nyata untuk memperkuat serta menjaga stabilitas nilai tukar mata uang rupiah. "Perlu ada langkah nyata dalam kaitan menjaga agar jangan sampai kurs rupiah semakin melemah," kata Taufik Kurniawan seperti dilansir Antara.

Nilai kurs mata uang rupiah yang sekarang ini berada di lebih dari Rp14.000 per dollar AS merupakan tantangan bagi Gubernur BI. Ada banyak kerugian yang dihadapi karena pelemahan nilai rupiah itu, antara lain cicilan utang luar negeri yang semakin mahal. Selain itu, ada pula potensi meningkatnya inflasi karena semakin tingginya nilai barang impor yang dibutuhkan berbagai industri lokal untuk menghasilkan produk mereka.

Sebagaimana diwartakan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah setelah anjlok ke level depresiasi 4% sejak Januari hingga 21 Mei 2018.

"Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda," ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5).

Perry yang selalu mengkampanyekan kebijakan moneter pro pertumbuhan dan pro stabilitas itu menekankan instrumen kebijakan moneter akan sepenuhnya digunakan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional.

Instrumen moneter diprioritaskan untuk menghadapi tekanan yang disebabkan normalisasi kebijakan moneter AS dan terus naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS yang menyedot modal asing di Indonesia.

Namun, BI tidak akan mengabaikan potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan instrumen makroprudensial.

"BI masih memiliki empat instrumen lainnya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry yang menghabiskan lima tahun terakhirnya menjadi Deputi Gubernur BI.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan