close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Bisnis
Kamis, 18 Juni 2020 21:23

Pertamina bagi dividen Rp8,5 triliun, naik 7% dari tahun sebelumnya

Pendapatan usaha Pertamina tahun 2019 tercatat sebesar US$54,58 miliar.
swipe

PT Pertamina (Persero) membagikan dividen sejumlah Rp8,5 triliun kepada pemegang sahamnya dari laba bersih tahun 2019 yang sejumlah US$2,53 miliar atau setara Rp35,8 triliun. 

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan setoran dividen ini meningkat 7% dibandingkan setoran dividen tahun lalu yang sebesar Rp7,95 triliun. 

“Dengan dinamika dan tantangan bisnis selama 2019, kami bersyukur Pertamina dapat menorehkan berbagai pencapaian dan mempertahankan laba bersih stabil, sama dengan tahun sebelumnya,” ujar Fajriyah dalam keterangan resminya, dari Jakarta, Kamis (18/6).

Menurut Fajriyah, perekonomian sepanjang tahun 2019 masih mengalami tekanan sejalan dengan dinamika global. Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja sektor migas seperti harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP yang masih cukup tinggi di level US$62 per barel dan kurs yang cenderung menguat di kisaran Rp14.146 per dolar AS. Dengan kondisi tersebut, total pendapatan usaha Pertamina tahun 2019 tercatat sebesar US$54,58 miliar dengan aset US$67,08 miliar. 

Moncernya kinerja keuangan ini juga dipengaruhi oleh sejumlah pencapaian yang didukung oleh peningkatan kinerja operasi dan efisiensi, dari berbagai inisiatif dan langkah terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan pencapaian visi perusahaan menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia. 

Fajriyah menuturkan, berdasarkan data pada Laporan Tahunan 2019, Pertamina terus melakukan kegiatan untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, dimulai dari survei seismik yang masif untuk menemukan cadangan migas baru yang diharapkan sebagai giant discovery bagi Indonesia. 

Selanjutnya, meskipun tanpa akuisisi mayor, Pertamina mampu mempertahankan produksi migasnya pada tahun 2019 melalui kegiatan operasional yang intensif, yaitu pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi dan melakukan 751 kegiatan workover, serta 13.683 well services.

“Saat ini, Pertamina telah memiliki lapangan migas yang yang tersebar di 13 negara di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Dari lapangan tersebut, kami berharap dapat mendukung aspirasi pemerintah mencapai 1 juta BOPD dan 4.000 MMSCFD di tahun 2024,” tutur Fajriyah. 

Selain itu pada tahun 2019, menurut Fariyah, Pertamina juga mencatat capaian penting dengan adanya penurunan nilai impor crude sebesar 35% dan produk sebesar 11%. Langkah ini dapat menghemat devisa sebesar Rp7,3 miliar atau Rp109 triliun.

Sejak awal tahun 2019, Pertamina juga telah menyetop impor solar dan avtur pada Februari dan Maret. Bahkan, saat ini Pertamina mencatat volume penjualan avtur di pasar luar negeri yang terus meningkat mencapai 754.000 KL dan melayani airline domestik dan international di 40 bandara dari 20 negara.  

“Untuk menekan impor migas, Pertamina juga terus melanjutkan komitmen implementasi B30 lebih cepat pada November 2019, yang target pada Januari 2020,” ujar Fajriyah.

Fajriyah menambahkan, Pertamina juga terus memperluas akses pelayanan energi untuk menjangkau seluruh pelosok negeri. Sampai dengan akhir 2019, Pertamina berhasil menyelesaikan 161 titik Bahan Bakar Minyak (BBM) 1 harga yang tersebar di wilayah 3 T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di seluruh Indonesia. Angka ini melebihi target yang ditetapkan pemerintah dan berdampak semakin banyak masyarakat di wilayah 3T yang dapat menikmati harga BBM yang sama dengan daerah lainnya. 

Untuk memperluas jangkauan layanan, Pertamina membangun 48 Pertashop dan 253 km tambahan jaringan pipa gas, sehingga saat ini mencapai lebih dari 10.000 km jaringan pipa gas terpanjang di Asia Tenggara untuk penyediaan gas industri dan hampir 400.000 jargas sambungan rumah tangga yang meningkat 22% dari tahun 2018.  

Pada pelaksanaan proyek, tahun 2019 Pertamina tetap mengejar penyelesaian proyek strategis pengembangan dan pembangunan kilang baru. Pada pertengahan tahun 2019, Pertamina telah menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) sehingga dapat meningkatkan kualitas produk BBM dari standar Euro 2 menjadi Euro 4 dan dengan volume produksi yang naik dari 1 juta barel menjadi 1,6 juta barel per bulan.

“Dengan kinerja operasional dan keuangan yang baik, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 dan berada di peringkat 175 atau naik 78 tingkat dari sebelumnya di peringkat 253," kata Fajriyah.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan