close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
PT Pertamina (Persero) menyatakan bakal mendukung penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) 23% hingga tahun 2025 dan 31% di tahun 2050. Alinea.id/Nanda Aria
icon caption
PT Pertamina (Persero) menyatakan bakal mendukung penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) 23% hingga tahun 2025 dan 31% di tahun 2050. Alinea.id/Nanda Aria
Bisnis
Rabu, 24 Juli 2019 15:22

Pertamina dorong pengembangan panel surya terbarukan

Penggunaan panel surya terbarukan lebih menghemat biaya.
swipe

PT Pertamina (Persero) menyatakan bakal mendukung penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) 23% hingga tahun 2025 dan 31% di tahun 2050.

SVP Research and Development PT Pertamina (Persero) Dadi Sugiana mengatakan gas dan EBT akan menjadi sumber energi penting bagi masa depan Indonesia.

“Pertamina belajar mengoperasikan solar PV (panel surya) baterai dan gas turbine guna mendukung energi baru terbarukan sebagai alternatif,” katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (24/7).

Di sisi lain, Dadi mengungkapkan inisiatif mengembangkan solar PV juga merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi. Menurut dia, solar PV adalah teknologi yang paling murah untuk pembangkit listrik dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak atau solar.

Ia membandingkan jika menggunakan minyak, ongkosnya bisa Rp3.000 per Kwh. Sementara itu, jika menggunakan solar PV ongkosnya hanya Rp1.100 hingga Rp1.800 per Kwh.

“Karena itu, kami berkomitmen untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), karena dapat efisiensinya,” ujar Dadi.

Pengembangan energi terbarukan, kata Dadi, harus dilakukan Pertamina seiring dengan anjloknya produksi minyak nasional dari 46% ke 25%, lalu ke 20% hingga tahun 2025.

“Jadi Ini tantangan buat Pertamina. Kalau harga minyak makin kecil, maka revenue juga akan semakin menurun,” ucapnya.

Lebih jauh, dia mengatakan saat ini dunia telah memasuki era oil disruption. Untuk itulah penerapan EBT menjadi penting untuk segera dilakukan.

Selain panel surya, katanya, ke depan juga akan disasar pengembangan EBT untuk energi geothermal, biofuel, biomassa dan energi nuklir.

“Geothermal itu energi yang masih tertidur, karena biaya pengembangannya masih sangat mahal, tetapi potensinya besar. Kalau nuklir kita masih belajar. Ke depan akan kami dorong semua,” tuturnya.

Direktur Utama PT Len Industri Zakky Gamal Yasin mengatakan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan energi berbasis tenaga surya.

Zakky menuturkan, Indonesia memiliki radiasi energi matahari rata-rata 4,5 kWh per meter persegi setiap harinya. 

“Dengan potensi yang berlimpah dari energi matahari yang kita miliki, ini akan jadi sumber energi alternatif yang baik untuk mencapai target bauran energi nasional hingga tahun 2025,” ucap Zakky.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan