Pertamina melalui subholding Pertamina New Renewable Energy menginisiasi peningkatan kapasitas terpasang panas bumi melalui penerapan teknologi Binary. Hal itu dilakukan dengan membangun Binary Unit untuk menghasilkan potensi tambahan kapasitas listrik hingga 25 MW.
Nicke Widyawati selaku Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menjelaskan, Binary Unit merupakan fasilitas yang memanfaatkan brine (cairan/air panas bumi). Kemudian, diinjeksi kembali ke dalam perut bumi untuk menghasilkan listrik, sehingga dapat menambah kapasitas listrik yang dihasilkan.
“Ini adalah salah satu quick win untuk Indonesia meningkatkan bauran energi dari energi baru dan terbarukan," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (27/4).
Dia menjelaskan, hal itu dilakukan karena dari sisi hulu pembangunan Binary Unit ini tidak memerlukan eksplorasi sumur baru, sehingga lebih cepat dan investasinya lebih rendah. Selain itu, dari sisi konstruksi pembangunannya lebih cepat karena sistemnya modular, sehingga investasinya juga lebih efisien.
Salah satu wilayah kerja panas bumi yang telah mengembangkan binary unit adalah wilayah Lahendong yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
PGE wilayah Lahendong telah memberikan kontribusi yang cukup besar di dalam suplai sistem kelistrikan di wilayah Sulawesi Utara. Dari sana, 20% atau sekitar 120 MW dari 589 MW kapasitas terpasang.
“Hal ini sudah melampaui rata-rata daerah lainnya karena secara umum porsi suplai energi baru dan terbarukan rata-rata 12% di dalam sistem kelistrikan,” ujar Nicke.
Kapasitas terpasang di area panas bumi PGE di Lahendong ini berasal dari enam Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah dioperasikan. Ke depan, PGE memiliki rencana pengembangan jangka panjang dengan menambah dua unit PLTP baru yang masing-masing memiliki estimasi kapasitas 20 MW.
Dengan investasi yang rendah, lanjut Nicke, maka biaya produksi listrik juga bisa lebih rendah. Semakin besar Binary Unit yang dioperasikan, maka tambahan listrik akan semakin besar, sehingga secara keseluruhan investasi bisa lebih murah.
“Kami melihat, Indonesia dengan potensi 28.000 MW di Geothermal ini menjadi satu-satunya renewable energy dengan best load. Artinya, energi dari panas bumi ini selalu tersedia dan tidak memerlukan back up seperti energi angin maupun matahari yang bersifat intermiten. Selain itu, binary juga merupakan salah satu solusi yang bisa menurunkan tarif listrik dan sudah dipastikan ketersediaannya,” ujar Nicke.
Senada dengan Nicke, Dannif Danusaputro selaku Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia mengatakan, Binary Unit di Lahendong Sulawesi Utara ini akan menjadi milestone penerapan teknologi binary yang akan dikembangkan pada wilayah kerja panas bumi PGE lainnya.
“Ini sangat bagus, kami ingin segera meningkatkan energy mix dari panas bumi dalam sistem kelistrikan, binary ini salah satu terobosannya,” ujar Dannif.
Pertamina sebagai pionir pengembangan panas bumi di Indonesia yang dilanjutkan oleh PGE telah mempunyai pengalaman hampir 40 tahun dalam pengoperasian lapangan panas bumi. Saat ini, Indonesia berada pada peringkat kedua pengembangan panas bumi di dunia dengan total kapasitas terpasang sebesar 2.276 MW.
Sekitar 82% dari total kapasitas panas bumi yang terpasang di Indonesia dikontribusi dari Wilayah Kerja PGE. Rinciannya, 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW dilaksanakan melalui Kontrak Operasi Bersama, dengan potensi kontribusi emission avoidance sebesar 9,7 ton CO2 per tahun.
“Penambahan sebesar 600 MW itu nantinya 200 MW dari Binary Unit dan sisanya dari pengembangan baru,” tuturnya.