PT Pertamina (Persero) meningkatkan volume distribusi Biosolar, yaitu bauran 20% biodiesel dan 80% Solar (B20) melalui 69 terminal bahan bakar minyak (TBBM) untuk sektor nonsubsidi sejak awal bulan hingga 14 September 2018.
Mengutip keterangan resmi di laman web Pertamina, Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo mengungkapkan, pada awal penerapan wajib penggunaan biodiesel 1 september 2018, Pertamina baru menyalurkan bahan bakar tersebut ke 60 terminal BBM.
"Alhamdulillah hingga 14 September kemarin, sudah ada tambahan sembilan terminal BBM lagi. Sehingga menjadi 69 terminal BBM yang menyalurkan B20," katanya.
Adapun tambahan sembilan terimal BBM tersebut adalah di Cepu, Cilacap, Palopo, Bima, Reo, Kolaka, Tual, Badas dan Ketapang.
Sejak program mandatori dicanangkan Kementerian Perekonomian pada 31 Agustus 2018, Pertamina telah melakukan berbagai langkah untuk mendorong pencampuran FAME (Fatty Acid Methyl Eter) baik untuk Bahan Bakar PSO (Public Service Obligations/Subsidi) dan non-PSO.
Selain itu PT Pertamina juga terus mengintensifkan monitoring implementasi mandatori Biodiesel 20%.
Hingga14 September 2018, Pertamina telah menggunakan FAME sebagai bahan campuran solar pada kisaran 159.988 kiloliter atau sekitar 39% dari alokasi bulanan. Jumlah tersebut terdiri dari FAME untuk PSO sebesar 116.422 kiloliter dan FAME untuk NPSO 43.566 kiloliter.
Pertamina juga telah melakukan berbagai kemajuan, diantaranya bergerak cepat mengkonsolidasikan 112 terminal BBM Pertamina segera menyalurkan perluasan B20, di sektor PSO dan non-PSO.
Selanjutnya, selama periode Januari hingga 14 September 2018, Pertamina telah menggunakan FAME untuk campuran Solar sekitar 1,8 juta KL atau 80% dari target periode berjalan, yaitu berkisar 2,265 juta kiloliter.
Implementasi B20 yang dicapai Pertamina diharapkan bisa menjadi pemicu bagi badan usaha lainnya dalam mendorong penerapan energi hijau. Diproyeksikan hingga pekan ke-2 September ada tambahan 10 terminal BBM lagi yang akan menyalurkan B20.
"Kami estimasikan pada akhir September realisasi penyaluran akan bertambah lagi, karena supply FAME dari Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) akan masuk ke terminal BBM Utama sehingga 32 terminal BBM lainnya dapat menyalurkan B20 juga untuk semua sektor," pungka Gandhi.
Monitoring pelaksanaan B20 untuk badan usaha migas juga menjadi perhatian Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto. "Saya berharap Pertamina melaksanakan program ini dengan sungguh-sungguh yang nantinya dapat menekan impor Solar dan berimbas pada penghematan devisa," ujar Djoko.
Pada kunjungan monitoring implementasi B20 di Terminal BBM Kabil, Batam, Djoko melihat langkah percepatan yang dilakukan Pertamina.
"Dalam pemantauan kami perluasan B20 yang dicapai Pertamina sudah 80% dari target periode berjalan, saya optimis bisa 100% di akhir tahun 2018 nanti," kata Djoko.