close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Blok Rokan diperkirakan memiliki bonus tanda tangan senilai Rp11,3 triliun dengan potensi pendapatan negara dalam 20 tahun mencapai Rp825 triliun hingga 2041. / Istimewa
icon caption
Blok Rokan diperkirakan memiliki bonus tanda tangan senilai Rp11,3 triliun dengan potensi pendapatan negara dalam 20 tahun mencapai Rp825 triliun hingga 2041. / Istimewa
Bisnis
Selasa, 31 Juli 2018 21:55

Pertamina resmi ambil alih 100% Blok Rokan dari Chevron

PT Pertamina (Persero) resmi mengambil alih Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia yang telah dikelola sejak 1971.
swipe

PT Pertamina (Persero) resmi mengambil alih Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia yang telah dikelola sejak 1971.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memastikan pemerintah akhirnya memutuskan pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero) setelah kontrak berakhir dengan PT Chevron Pacific Indonesia. Sebelumnya, Blok Rokan dikelola Chevron sejak 8 Agustus 1971 dan akan berakhir kontraknya tahun 2021.

"Setelah melihat proposal hari ini, jam 5 sore maka pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan Blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina," ujarnya di Kantor ESDM, Jakarta, Selasa (31/7).

Arcandra mengatakan, keputusan itu diambil lantaran penawaran Chevron jauh di bawah Pertamina sebagai holding BUMN Migas dari segi produksi penerimaan negara dan bonus tanda tangan. Keputusan itu berdasarkan kajian tim 22 wilayah kerja.  

“Untuk ke depannya 100% dikelola Pertamina. Namun, sesuai peraturan menteri ESDM harus menawarkan 10% jadi Participating Interest (PI) daerah lewat Badan Usaha Milik Daerah,” kata dia.

Menurut Arcandra, bonus tanda tangan mencapai US$783 juta atau Rp11,3 triliun. Kemudian, pendapatan negara 20 tahun ke depan US$57 miliar atau Rp825 triliun. Pertamina akan mengelola Blok Rokan hingga 2041.

Selain bonus tanda tangan dan penawaran, sambungnya, ada beberapa pertimbangan fundamental yang akhirnya menetapkan Pertamina sebagai pengelola.

"Tim sudah bekerja mengevaluasi yang akhirnya berkesimpulan, tiga hal yang menjadi dasar kita. Signature bonus, komitmen kerja pasti, kemudian potensi pendapatan negara. Keempat adalah diskresi. Karena ini adalah menggunakan gross split, Pertamina meminta diskresi 8% yang diajukan Pertamina. Kemudian pemerintah sepakat dengan Pertamina," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, tak lupa Arcandra juga mengucapkan terimakasih atas kerja sama Chevron dalam mengelola Blok Rokan tersebut.

"Terakhir, atas nama pemerintah kami ucapkan terima kasih kepada Chevron yang sudah mengelola Blok Ini. Semoga Chevron tetap mau berinvestasi di Indonesia untuk blok-blok lain selain Blok Rokan. Terima kasih kepada tim 22 WK yang sudah bekerja mengevaluasi proposal ini," tuntasnya.

Ladang minyak terbesar

Blok Rokan merupakan salah satu aset strategis di Indonesia. Produksi Blok Rokan mencapai 220.000 barel per hari (bph) dan penyumbang lifting nasional sebesar 25%. 

Chevron telah mengajukan perpanjangan kontrak Blok Rokan. Dalam proposalnya, perusahaan asal Amerika Serikat itu menawarkan investasi hingga US$88 miliar atau senilai Rp1.200 triliun lebih.

Blok Rokan menjadi penyumbang 50% total produksi Chevron. Terdiri dari 76 lapangan Migas aktif. Penguasaan Blok Rokan diproyeksi menjadikan Pertamina sebagai produsen migas terbesar di Indonesia dengan pangsa 70% terhadap produksi nasional.

Blok Rokan terletak di Riau yang memiliki luas wilayah 6.264 km2 pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Chevron sudah memegang kontrak Blok Rokan sejak 1971 atau 50 tahun lalu.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan