close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Tahun lalu, laba bersih Pertamina melorot 24% year-on-year (yoy) menjadi US$2,41 miliar setara Rp32,24 triliun. / Antara Foto
icon caption
Tahun lalu, laba bersih Pertamina melorot 24% year-on-year (yoy) menjadi US$2,41 miliar setara Rp32,24 triliun. / Antara Foto
Bisnis
Rabu, 02 Mei 2018 17:13

Pertamina setor duit dividen kepada pemerintah Rp8,57 T

Perusahaan minyak dan gas pelat merah PT Pertamina (Persero) menyetorkan dividen untuk pemerintah sebesar Rp8,57 triliun.
swipe

Perusahaan minyak dan gas pelat merah PT Pertamina (Persero) menyetorkan dividen untuk pemerintah sebesar Rp8,57 triliun.

Pembagian dividen diputuskan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan tahun buku 2017. Tahun lalu, laba bersih Pertamina melorot 24% year-on-year (yoy) menjadi US$2,41 miliar setara Rp32,24 triliun.

Pelaksana tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan pemegang saham dalam RUPST juga menyetujui laporan kinerja keuangan tahun buku 2017. Sepanjang tahun lalu, pendapatan perseroan meningkat 18% yoy menjadi US$42,96 miliar setara Rp590 triliun.

Nicke menjelaskan realisasi rata-rata harga minyak ICP mencapai US$51,17 per barrel sepanjang periode 2017. Sedangkan, asumsi ICP berdasarkan Rencana Kerja Perseroan 2017 adalah sebesar US$48 per barrel. 

Secara umum, Nicke menambahkan, kinerja operasional perusahaan membukukan pertumbuhan, yakni naiknya produksi migas sekitar 7% dari 650 MBOEPD (ribu barel minyak ekuivalen per hari) pada 2016 menjadi 693 MBOEPD pada tahun 2017.

"Pertumbuhan hulu Migas ini dipengaruhi oleh produksi dari Banyu Urip dan naiknya produksi ladang luar negeri Pertamina," terang Nicke dalam keterangan resmi, Rabu (2/5).

Menurut dia, Pertamina mampu meningkatkan produksi panas bumi (geothermal) menjadi 3.900 GWh, atau naik 27% dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 3.043 GWh. Hal ini disebabkan beroperasinya PLTP Ulubelu Unit 3 dan Unit 4 di Kamojang.

Pada pengolahan minyak, Nicke mengklaim bahwa perusahaan pun mampu menjaga tingkat kinerjanya. Di mana hasil produk bernilai tinggi (yield valuable product) meningkat 1% menjadi 78,1% pada 2017, sementara pada 2016 sebesar 77,7%. Volume produk bernilai tinggi (volume valuable product) menjadi 253,4 MMBbl (juta barel) pada tahun 2017.

"Sedangkan pada sektor pemasaran, volume penjualan konsolidasi tercermin penurunan tipis 1%, dari 86,84 juta KL pada 2016 menjadi 85,88 juta KL pada 2017," tuturnya. 

Dari total volume tersebut, sambungnya, volume Premium Penugasan dan Jawa Madura Bali (Jamali) pada 2017 mengontribusi 12,31 juta KL, naik 12% dari periode sebelumnya. Sedangkan, penjualan LPG PSO naik 2% menjadi 11,21 juta KL.

Pada 2017, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas tersebut telah menjalankan Program BBM 1 Harga di 54 titik sesuai yang ditargetkan oleh Pemerintah. 

Untuk tahun 2018, perseroan menargetkan untuk menjalankan BBM 1 Harga di 67 wilayah yang memiliki keterbatasan infrastruktur darat dan laut. Hingga April 2018, sudah terdapat 4 titik yang melaksanakan program BBM 1 Harga.

Menurut Nicke, di tahun 2017 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Pertamina. Profil keuangan perseroan masih dipengaruhi oleh tren kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS. 
 
"Sebagai BUMN Migas, Pertamina akan menjalankan perannya dalam distribusi BBM, menjaga availability, affordability dan accessibility ke seluruh masyarakat Indonesia,” tukas Nicke.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan