close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto dalam acara Forum Kapasitas Nasional II. Alinea.id/Erlinda Puspita Wardani
icon caption
Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto dalam acara Forum Kapasitas Nasional II. Alinea.id/Erlinda Puspita Wardani
Bisnis
Kamis, 28 Juli 2022 15:15

Pertamina dinilai tak sanggup gantikan Shell dalam proyek Blok Masela

Kemampuan ekonomi PT Pertamina terlihat ‘megap-megap’ alias terbatas setelah mengelola Blok Rokan.
swipe

Rencana hengkangnya atau divestasi Shell, sebagai salah satu pemilik hak partisipasi (Participating Interest/PI) sebesar 35% dalam pengelolaan Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, masih belum menemukan titik terang. Pasalnya, perusahaan asal Belanda tersebut belum menemukan penggantinya yang bisa menjadi partner Inpex Corporations.

Semula, Shell merencanakan untuk mundur sejak 2020, karena menilai proyek Blok Masela kurang kompetitif dibanding dengan portofolio proyek mereka di negara-negara lain. Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menyebut, Shell ingin mundur setelah Plan of Development (PoD) Budget ditetapkan.

"Ini PoD Budgetnya dari US$13 miliar menjadi sekitar US$19 miliar, sedangkan Shell pegang 35%. Shell ini mundur setelah PoD budget ditetapkan jadi ada klausul-klausul yang harus mereka jalankan," jelas Sugeng kepada wartawan usai memberikan pemaparan dalam acara Forum Kapasitas Nasional II, Jakarta, Kamis (28/7).

Hengkangnya Shell memunculkan asumsi apakah PT Pertamina bisa menggantikan posisi Shell. Sugeng beranggapan jika kemampuan ekonomi PT Pertamina sebenarnya sanggup untuk berinvestasi pada blok yang telah ditemukan sejak 20 tahun lalu ini, yakni sekitar US$6 miliar sesuai proporsi PI Shell. Namun dalam kenyataannya, kemampuan ekonomi PT Pertamina terlihat ‘megap-megap’ alias terbatas dalam mengelola Blok Rokan.

“Kondisi Pertamina untuk Rokan saja masih megap-megap dengan working capital pengeboran,” ujarnya.

Ia mengaku akan senang jika Blok Masela bisa dikelola pihak nasional, namun ia mengingatkan agar bersikap realistis. Saat ini Indonesia masih membutuhkan Foreign Direct Investment (FDI) khususnya di sektor migas yang dianggap penting, karena investor-investor tersebut yang akan menumbuhkan investasi.

“Sekarang Pertamina sudah mengelola hulu migas di Indonesia 65%, ya saya senang kalau dikelola Pertamina. Kita boleh nasionalis, tetapi harus realistis. Pertamina saat ini kemampuannya terbatas, makanya kita butuh investor-investor migas untuk gantikan posisi Shell,” jelas Sugeng.

Seiring meningkatnya tren energi bersih membuat teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) masuk menjadi fasilitas yang wajib disediakan di Blok Masela untuk dikembangkan. CCUS juga menjadi salah satu syarat Shell jika benar-benar ingin lepas dari proyek Blok Masela, karena Shell baru bisa menjual PI nya jika implementasi CCUS benar-benar dilakukan .

CCUS sendiri adalah kegiatan mengurangi emisi gas rumah kaca yang meliputi pemisahan dan penangkapan emisi karbon, kemudian emisi karbon tertangkap diangkut ke tempat penyimpanan atau ke zona target injeksi dengan aman dan permanen sesuai kaidah keteknikan yang baik.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan