Pasar properti mulai menggeliat seiring meningkatnya permintaan perkantoran. Jones Lang LaSalle mencatat tingkat permintaan ruang perkantoran sepanjang 2017 naik menjadi sekitar 240.000 sqm untuk kawasan central business district (CBD) dan sekitar 115.000 sqm untuk non-CBD.
Head of Advisory Jones Lang LaSalle Vivin Harsanto mengatakan kenaikan pasar properti dipicu oleh angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di atas 5%. Vivin optimistis pasar properti akan tumbuh didukung oleh meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang.
“Apalagi jika didukung pula dengan pembangunan infrastruktur,” kata Vivin, Jakarta, Kamis (8/2).
Adanya perbaikan peringkat kemudahan berbisnis seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pengembang bisnis properti. Mereka harus semakin cermat dalam melihat peluang dan membaca permintaan pasar, namun juga tetap waspada menjelang memasuki tahun politik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia pada 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp51,89 juta atau US$3.876,8.
Ekonomi Indonesia 2017 tumbuh 5,07% lebih tinggi dibanding capaian 2016 sebesar 5,03%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,81%. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 9,09%.
Sementara ekonomi Indonesia triwulan IV 2017 bila dibandingkan triwulan IV 2016 secara tahunan atau year on year (YoY) tumbuh 5,19%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 9,25%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 8,5%.