close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Perjanjian dagang Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) memasuki tahap finalisasi setelah delapan bulan perundingan. Alinea.id/Soraya Novika
icon caption
Perjanjian dagang Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) memasuki tahap finalisasi setelah delapan bulan perundingan. Alinea.id/Soraya Novika
Bisnis
Rabu, 16 Oktober 2019 19:47

Perundingan dagang Indonesia-Korsel capai finalisasi

Sejumlah perusahaan Korea Selatan seperti Hyundai, Lotte, LG, dan Samsung siap merelokasi pabrik ke Indonesia.
swipe

Perjanjian dagang Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) memasuki tahap finalisasi setelah delapan bulan perundingan. Penyelesaian substansial perundingan ini dilakukan di sela pameran perdagangan Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 di Tangerang.

Penandatanganan penyelesaian substansial IK-CEPA dilakukan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Yoo Myung Hee saat pebukaan TEI 2019 dan disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Hari ini merupakan hari bersejarah bagi hubungan bilateral kedua negara, Indonesia dan Korea Selatan akan memasuki hubungan kemitraan yang lebih luas, dengan disepakatinya penyelesaian perundingan IK-CEPA secara substansial,” kata Enggar di Tangerang, Rabu (16/10).

Perundingan IK-CEPA berhasil diselesaikan secara substansial pada pertemuan putaran ke-10 yang digelar di Bali pada 7-10 Oktober 2019. Pada pertemuan tersebut Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo, sementara Delegasi Korea dipimpin Deputi Menteri Untuk Negoisasi Perdagangan Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Yeo Han-Koo.

Menurut Enggar, di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, Indonesia dan Korea Selatan memerlukan terobosan untuk mendorong perdagangan dan investasi kedua negara agar ekonomi bertumbuh kembang dan membawa kesejahteraan kedua negara.

“IK CEPA merupakan salah satu upaya pemerintah mendorong hal tersebut dan Presiden RI memberi arahan agar kemitraan dengan Korea Selatan diperluas karena potensi kedua negara sangat terbuka,” lanjut Mendag.

Perundingan IK-CEPA terdiri dari enam kelompok kerja, yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa; investasi; ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan (ROOCPTF); kerja sama dan pengembangan kapasitas, serta isu hukum dan kelembagaan.

Enggar menyebut apabila perjanjian dagang itu jadi diteken, tentu sejumlah keuntungan bisa diperoleh salah satunya dibebaskannya bea masuk sejumlah produk RI ke Korea Selatan.

"Beberapa produk kita yang bakal bebas bea masuknya adalah bir bintang, produk perikanan, pertanian, sawit, teh, dan kopi," ucapnya.

Enggar pun optimistis dengan IK-CEPA ini, ekspor Indonesia ke Korea Selatan dapat meningkat hingga  20%. Sementara, untuk nilainya ditarget dapat mencapai US$30 miliar atau setara Rp 420 triliun (kurs Rp 14.100) pada 2022 mendatang.

"Tetapi kalau ditanya apakah bisa mencapai penambahannya untuk depan sekitar 20%, Insyaallah bisa dengan catatan sudah entry to force, diperkirakan pada awal tahun," ucapnya.

Relokasi pabrik 

Di sisi lain, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo mengatakan kesepakatan ini juga melonggarkan keran impor produk Korea Selatan ke Indonesia. Beberapa di antaranya adalah produk baja hingga tekstil. 

Kementerian Perdagangan pun telah sepakat untuk memberlakukan bebas tarif terhadap produk-produk tersebut lantaran dinilai akan memancing investasi yang lebih besar ke dalam negeri.

"Ada sektor di mana kalau kita buka barang modal, itu akan mendorong investasi Korsel ke Indonesia. Misalnya beberapa produk steel, yang nantinya akan dipakai untuk industri otomotif yang juga akan diinvestasi di Indonesia," ujar Iman.

Jenis investasi yang dimaksud salah satunya ialah relokasi pabrik mobil Hyundai untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia. Selain untuk mengembangkan mobil listrik, rencananya kerja sama dengan Korea Selatan ini akan menghasilkan juga produk mobil hidrogen.

"Jadi mereka jadikan basis produksi di sini, nanti pasarnya itu global. Jangka panjang mereka (Hyundai) akan bawa teknologi Hidrogen, tahap pertama memang mereka akan kembangkan electric car di Indonesia, jangka panjang nanti hidrogen based. Bukan lagi listrik atau minyak bumi biasa,” katanya.

Relokasi pabrik lainnya juga diharap masuk ke Indonesia seperti Lotte, Samsung, dan LG. Untuk mempercepat tercapainya target-target tersebut, menurut Iman, saat ini pihaknya sedang melakukan proses terjemahan perjanjian dalam dua bahasa.

"Kemudian selanjutnya diharapkan bisa lakukan legal scraping, proses ratifikasi, dan entry to force di tahun depan," tuturnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, Korea Selatan merupakan negara tujuan ekspor dan sumber impor keenam terbesar bagi Indonesia dengan total nilai perdagangan kedua negara mencapai US$18,62 miliar. Total ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar US$9,54 miliar dan total impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat sebesar US$9,08 miliar. Dengan nilai tersebut Indonesia tercatat surplus sebesar US$460 juta.


 

img
Soraya Novika
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan