Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, melaporkan kalau Kementerian Investasi telah merampungkan peta jalan hilirisasi dan telah memberikannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pada peta jalan tersebut, terbagi menjadi delapan bagian yang terdiri dari 21 komoditas yang akan dilakukan hilirisasi.
“Alhamdulillah, tadi kami sudah melaporkan peta jalan hilirisasi kepada Bapak Presiden, dengan total investasi sampai 2024 sebesar US$545,3 miliar,” kata Bahlil dalam konferensi pers usai rapat terbatas dengan presiden di Kantor Presiden, Senin (30/1).
Di dalam peta jalan itu juga disampaikan terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan hilirisasi. Bahlil bilang, hilirisasi akan mengikuti hilirisasi nikel yang sudah dilakukan dan menjadi prototype. Nantinya, konsep proses hilirisasi yang dilakukan pada nikel akan digunakan pada hilirisasi di sektor lainnya seperti timah, tembaga, bauksit, migas.
Selain itu, hilirisasi juga akan dilakukan bukan hanya pada sektor pertambangan, tetapi di sektor perkebunan, pangan, dan perikanan.
“Ini supaya ke depannya, Indonesia akan betul-betul fokus pada peningkatan nilai tambah yang instrumennya hilirisasi,” ujarnya.
Bahlil juga mengingatkan perbedaan negara dengan sumber daya alam (SDA) melimpah antara yang melakukan hilirisasi dan tidak hilirisasi. Di mana, dengan hilirisasi maka perekonomian negara akan tumbuh dengan cepat. Sedangkan yang tidak hilirisasi, justru cenderung lambat.
Setelah menyelesaikan peta jalan hilirisasi, maka tugas Bahlil selanjutnya adalah melakukan skala prioritas terhadap penyetopan komoditas berikutnya. Terkait smelter yang belum rampung, Bahlil masih akan mencari formulasinya.
“Kami lagi mencari formulasinya, bagaimana smelter-smelter yang belum selesai seperti di NTB dan Freeport. Intinya negara harus konsisten untuk membangun hilirisasi, tidak boleh ada gerakan-gerakan tambahan,” ucap Bahlil.
Lebih lanjut, ekonom senior Indef Didik J Rachbini, juga menyampaikan dukungan terhadap program pemerintah yang berencana lakukan hilirisasi terhadap 21 komoditas.
“Hilirisasi ini bisa memperkuat ekonomi kita, memperkuat ekspor kita, dan tentu memperkuat anggaran kita agar bisa baik, untuk kesejahteraan masyarakat,” ucap Didik.
Adanya hilirisasi telah berhasil meningkatkan pendapatan ekspor hingga dua kali lipat dibandingkan sepuluh tahun lalu. Didik menilai, yang menjadi hambatan proses hilirisasi adalah politik.
“Politik kadang-kadang yang menghambat itu. Dengan mengekspor bahan mentah, dia yang menikmati keuntungan tetapi rakyat tidak ada untung” tutur Didik.