close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Para pengusaha atau peternak ayam mendesak pemerintah untuk membatasi importasi indukan ayam pedaging atau grand parent stock (GPS) hanya 700.000 per tahun. Alinea.id/Ardiansyah Fadli
icon caption
Para pengusaha atau peternak ayam mendesak pemerintah untuk membatasi importasi indukan ayam pedaging atau grand parent stock (GPS) hanya 700.000 per tahun. Alinea.id/Ardiansyah Fadli
Bisnis
Kamis, 05 September 2019 14:42

Peternak ayam desak pemerintah batasi impor indukan

Importasi harus dibatasi karena anjloknya harga ayam hidup (life bird)
swipe

Para pengusaha atau peternak ayam mendesak pemerintah untuk membatasi importasi indukan ayam pedaging atau grand parent stock (GPS) hanya 700.000 per tahun.

Ketua Himpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar) Pardjuni mengatakan pembatasan importasi ini harus dilakukan karena anjloknya harga ayam hidup (life bird) yang menyebabkan suplai ayam peternak yang masih banyak tersedia.

"Kami minta maksimal impor 700.000 indukan ayam per-tahun pada 2019. Walaupun sisanya tinggal empat bulan lagi, tapi saya kira masih bisa diatur jumlah totalnya. Agar setidaknya empat bulan ini kami peternak bisa bernafas," kata Pardjuni saat aksi di depan Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (5/9).

Menurut dia, harga ayam hidup saat ini masih di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP). Sementara, Pardjuni menilai, upaya pemerintah untuk mengembalikan harga ayam mencapai angka Rp18.000 saja belum dapat terealisasi.

"Untuk nasional masih di bawah HPP antara Rp11.000-Rp13.000 per kilogram (kg). Bahkan kalau di Jawa Tengah sendiri harga sekarang di Rp10.000-11.000 ribu per kg," jelasnya.

Pardjuni menjelaskan permintaan (demand) ayam hidup secara nasional masih di angka 52-55 juta ekor perminggu. Namun, kebutuhan tersebut berbeda dengan produksi bibit ayam sehari atau day old chick (DOC) final stock yang mencapai 69 juta ekor  ayam dalam per-minggu.

"Posisi saat ini stabil tapi cenderung kan karena ekonomi sudah sepi di bulan Oktober, November, Desember. Ini karena musim hujan juga permintaan pasar jadinya turun, tapi artinya jauh-jauh hari kita udah tau bahwa didepan itu ada tembok harus kita hindari," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan kerugian yang dialami peternak ayam mandiri akibat anjloknya harga ayam sejak Januari 2019 telah mencapai Rp2 triliun. 

Menurut dia, pemerintah harus mengambil langkah untuk mengembalikan harga ayam sesuai dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). 

"Sekarang harga ayam  Rp10.500, modalnya sekitar Rp18.000, ya pasti rugi," lanjutnya. 

Untuk diketahui, para peternak yang tergabung dalam Gopan, Pinsar, serta Kelompok Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) akhirnya diterima melakukan audiensi dengan Kemenko Perekonomian. Sugeng menegaskan pihaknya akan terus berupaya melakukan aksi hingga harga ayam dapat kembali normal. 

"Kami akan jalan terus, akan ke DPR dan akan berupaya terus sampai pembudidaya itu layak untuk bisa hidup," lanjutnya.
 

img
Ardiansyah Fadli
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan