PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) bakal merogoh kas internal untuk mengakuisisi PT Pertamina Gas senilai US$1,2 miliar setara Rp16,6 triliun.
Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan, pembayaran tahap pertama akan dilunasi pada akhir September 2018. Rencananya, jumlah yang dibayarkan yakni 50% dari total nilai akuisisi 51% saham PT Pertamina (Persero) di dalam Pertagas.
“Setengah dari US$1,2 miliar dan sisanya pada semester I/2019,” ujar Jobi daalam konferensi pers Investor Summit di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (27/8).
Emiten pelat merah berkode saham PGAS ini akan melakukan pembayaran secara tunai, dengan sumber pembayaran tahap pertama yang berasal dari kas perusahaan.
Kemudian, untuk pembayaran tahap kedua, perseroan akan mencari dana pinjaman. Saat ini, manajemen PGAS masih mengkaji opsi yang paling optimal.
“Kami akan melakukan pinjaman tetapi bentuknya belum bisa disampaikan karena masih dalam pembicaraan internal,” imbuhnya.
Sebagai informasi, PGAS dan Pertamina telah meneken perjanjian jual beli saham bersyarat (conditional sales purchase agreement/CSPA). Objek transaksi dalam perjanjian itu yakni 51% kepemilikan saham Pertamina di Pertagas senilai Rp16,6 triliun.
Adapun, PGAS memiliki waktu 90 hari untuk menyelesaikan transaksi pembelian saham Pertagas. Dengan demikian, transaksi harus rampung pada September 2018.
Sementara itu, perseroan juga mampu membukukan laba bersih senilai US$145,94 juta. Nilai itu melonjak 190,22% year-on-year (yoy) dari sebelumnya US$50,29 juta.
Dalam laporan keuangan per Juni 2018 yang dipublikasikan Selasa (21/8), PGAS atau PGN membukukan pendapatan US$1,62 miliar. Pencapaian itu meningkat 14,95% yoy dari sebelumnya US$1,41 miliar.
Per Juni 2018, perusahaan menggelontorkan kas untuk investasi sejumlah US$37,57 juta, turun dari sebelumnya US$183,67 juta. Posisi kas per akhir Juni 2018 meningkat menuju US$1,37 miliar dibandingkan US$906,51 juta pada semester I-2017.