PT Phapros Tbk. (PEHA) menjelaskan sejumlah strategi bisnis pada tahun depan untuk mendorong pertumbuhan.
Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono mengatakan, perseroan akan menerbitkan saham baru (right issue) senilai Rp1 triliun - Rp2 triliun atau sebesar maksimal 25% dari jumlah modal yang di tempatkan dan disetor perusahaan.
Adapun aksi korporasi ini dilakukan perusahaan salah satunya untuk memenuhi dana belanja atau capital expenditure (capex) perusahaan di tahun depan. Rencananya, right issue ini akan dieksekusi pada semester II-2019.
"Rencananya tahun depan kita mau right issue karena ada kebutuhan dana sampai Rp1 triliun-Rp2 triliun, sekitar 20%-25%," kata Heru di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (26/12).
Direktur Utama PEHA Barokah Sri Utami mengatakan, PEHA telah mengalokasikan anggaran belanja atau capex senilai Rp350 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan investasi, yaitu mendukung pertumbuhan bisnis organik dan anorganik, kemudian untuk biaya modal kerja dan restrukturisasi modal.
Adapun perseroan merencanakan sejumlah strategi bisnis secara organik maupun anorganik. "Kalau sifatnya organik itu tertumpu pada produk-produk kita, hanya terkait produk dan alat kesehatan," ujar Emmy, sapaan akrab Barokah Sri Utami.
Dari sisi organik, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba sekitar dua digit tahun depan. "Kita komitmen untuk tumbuh dua digit, baik penjualan maupun laba," ujarnya.
Selain itu, perseroan menargetkan laba senilai Rp400 miliar pada 2022. Sampai dengan November 2018, laba perseroan sudah Rp161 miliar.
Sementara itu dari sisi anorganik, perusahaan berencana membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan yang bergerak di bidang farmasi di negara kawasan Asia Tenggara. Namun, manajemen belum mau menyebutkan perusahaan itu berasal dari negara mana.
"Kalau anorganik kami melakukan aliensi strategis baik berupa merger maupun akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan yang masuk dalam bisnis kami," jelas kami.
Perusahaan juga tengah menjajaki rencana akuisisi perusahaan farmasi. Hal itu untuk memperkuat bisnis inti perseroan. "Akan joint venture dengan beberapa perusahaan farmasi di ASEAN. Inisiatif akuisisi ada, tapi karena masih tahap dalam evaluasi, kami tidak sebut dulu. Nanti kalau sudah berhasil," ujarnya.
Sebagai informasi, perseroan telah mengakuisisi perusahaan farmasi PT Lucas Djaja dan entitas anak yang berlokasi di Bandung. Perusahaan menandatangani perjanjian jual-beli saham dengan Lucas Djaja Group sebesar 55% saham.
Melalui kerjasama tersebut, Phapros menargetkan penambahan kapasitas produksi menjadi 5 miliar tablet atau bertambah sekitar seperempat dari kapasitas produksi sebelumnya sebanyak 4 miliar tablet.