close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani (kanan). Foto Antara.
icon caption
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani (kanan). Foto Antara.
Bisnis
Kamis, 16 April 2020 17:41

PHRI: Pariwisata menderita rugi Rp 62,9 T pada Januari-April

Sektor pariwisata mengalami dampak yang paling besar akibat pandemi Covid-19 yang menyebar di tanah air.
swipe

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan sepanjang Januari hingga April 2020, industri pariwisata kehilangan potensi pendapatan dari wisatawan asing sebesar US$4 miliar atau sekitar Rp62,9 triliun (kurs Rp15.724 per US$1) akibat Covid-19.

Ketua PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan sektor pariwisata mengalami dampak yang paling besar akibat pandemi yang menyebar di tanah air.

"Industri pariwisata mengalami kehilangan potensi pendapatan dari wisatawan asing sekitar US$ 4 miliar sejak Januari-April," kata Hariyadi dalam video conference, Kamis (16/4). 

Padahal, kata Hariyadi, pada 2019 potensi pendapatan sektor pariwisata dari wisatawan mancanegara dalam satu tahun mencapai US$17,6 miliar.

Di samping itu, potensi pendapatan yang hilang dari wisatawan domestik mencapai Rp30 triliun. Hariyadi menyebut tingkat keterisian (okupansi) hotel dan kunjungan restoran pun telah mengalami penurunan yang signifikan.

"Jadi kalau kita lihat dari okupansi kira lost opportunity-nya itu US$ 4 miliar yang wisman dan dari pasar domestik kita untuk sektor hotel dan restoran kehilangan Rp30 triliun," ujarnya.

Dia juga menjelaskan, hingga April 2020, jumlah hotel dan restoran yang tutup telah melonjak tajam menjadi 1.975, dari Februari sebesar 800 hotel dan restoran.

Rinciannya, sebanyak 1.642 hotel tutup di seluruh Indonesia, dan untuk restoran yang tutup sebanyak 353 restoran.

"Dan tempat hiburan kini berhenti beroperasi," lanjutnya.

Selain itu, berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, sebanyak 180 destinasi wisata dan sebanyak 232 desa wisata ditutup, dan berdampak besar kepada nasib para pekerjanya.

"Yang paling berat adalah pekerjanya itu yang paling terdampak paling awal. Betul-betul yang paling terdampak adalah yang unpaid leave, mereka enggak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Karena kalau PHK harus ada pesangon jadi perusahaan enggak mungkin beri pesangon dalam kondisi saat ini," katanya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan