PT Pembangkit Listrik Negara (Persero) atau PLN berencana akan memensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap sampai 2025. Hal ini dilakukan untuk mendukung target carbon neutrality pada 2060.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, pihaknya akan mengganti PLTU batu bara dengan energi baru terbarukan (EBT) secara bertahap. Upaya ini akan dimulai PLN pada 2022.
"Tahun 2022 tidak ada kontrak baru untuk PLTU, dan hanya menjalankan kontrak dan PPA (power purchase agreement) yang telah ditandatangani, yang telah mencapai financial close," kata Zulkifli, Rabu (14/7).
Selanjutnya, upaya memensiunkan pembangkit fosil tahap awal akan dimulai 2026 hingga 2030 sebesar 1 gigawatt (GW). Kemudian, tahap kedua akan dimulai pada 2035 sebesar 9 GW.
Lalu, tahap ketiga di tahun 2040, PLN akan memensiunkan pembangkit tua lainnya sebesar 24 GW, dan terakhir di 2055, sejumlah pembangkit tua dengan kapasitas 5 GW akan dipensiunkan dan digantikan EBT.
Sementara, lanjut dia, pengembangan pembangkit EBT akan mengalami peningkatan besar-besaran mulai 2028. Pasalnya, kemajuan teknologi baterai akan membuat harganya semakin murah.
Perkembangan EBT ini pun diharapkan akan mengalami kenaikan secara eksponensial mulai 2040 dan pada 2045, porsi EBT sudah mendominasi total pembangkit.
"Dekade berikutnya, seluruh pembangkit listrik di Indonesia berasal dari EBT," tutur dia.