close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Penandatanganan perjanjian kerja sama head of agreement (HoA) dalam penyediaan biomassa dan pengembangan industri biomassa untuk co-firing di 52 lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, yang dilakukan oleh PT PLN (Persero), Holding Perkebuna
icon caption
Penandatanganan perjanjian kerja sama head of agreement (HoA) dalam penyediaan biomassa dan pengembangan industri biomassa untuk co-firing di 52 lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, yang dilakukan oleh PT PLN (Persero), Holding Perkebuna
Bisnis
Sabtu, 17 Juli 2021 09:28

PLN, PTPN III, dan Perhutani teken perjanjian amankan pasokan biomassa

Perjanjian merupakan tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) pada Januari 2021 lalu. 
swipe

PT PLN (Persero), Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), dan Perum Perhutani menandatangani perjanjian kerja sama head of agreement (HoA) dalam penyediaan biomassa dan pengembangan industri biomassa untuk co-firing di 52 lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, Jumat (16/7). Perjanjian ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) pada Januari 2021 lalu. 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan co-firing PLTU merupakan program yang berkontribusi dalam peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) serta bagian dari ekosistem listrik kerakyatan.

"Untuk itu, sinergi tiga BUMN ini sangat penting dalam menjamin pasokan biomassa untuk program co-firing PLTU, dan dapat memberi nilai tambah bagi bisnis Perhutani dan PTPN III," ujar Erick, dikutip Sabtu (17/7). 

Penandatanganan HoA dilakukan secara daring, dilaksanakan oleh Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani, dan Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro.

HoA ini digunakan sebagai landasan hukum bagi PLN, Perum Perhutani, dan PTPN III dalam pelaksanaan penyediaan dan pengembangan industri biomassa untuk co-firing PLTU.

Kementerian BUMN telah menargetkan program co-firing sebagai strategic mapping BUMN untuk klaster energi. Untuk itu, kata Erick, kerja sama ini segera ditindaklanjuti sehingga keberlanjutan program co-firing dapat terjaga.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan penggunaan co-firing biomassa sebagai upaya untuk memenuhi target bauran EBT 23% pada 2025. Sejauh ini, PLN menargetkan 52 lokasi co-firing PLTU tersebar di seluruh Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan biomassa sebesar 9 juta ton per tahun pada 2025. Kerja sama ini bakal memberikan ketersediaan pasokan biomassa dengan ke ekonomian yang wajar.

"PLN yakin sebagian besar kebutuhan biomassa tersebut dapat dipenuhi dari Perhutani dan PTPN sesuai dengan area kerja dan kewenangannya, yang posisinya terjangkau dari PLTU PLN dan masuk dalam program co-firing," katanya.

Dalam HoA, nantinya Perhutani akan menyediakan woodchip dalam bentuk serbuk (sawdust), sedangkan PTPN memasok limbah perkebunan atau tandan kosong segar. Dengan begitu, PLN sebagai pembeli, sementara Perhutani dan PTPN sebagai pemasok.

"Mudah-mudahan kerja sama ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi negara terutama dalam hal energy security," tambahnya.

Abdul Ghani mengatakan co-firing PLTU batu bara dengan biomassa merupakan salah satu program Green Booster untuk mendukung target bauran EBT nasional. Menurutnya, pihaknya memiliki potensi biomassa berbasis komoditi perkebunan yang cukup besar, seperti biomassa dari komoditi kelapa sawit, serta karet dan tebu yang dimiliki oleh PTPN I hingga PTPN XIV.

PTPN Group mengestimasikan dapat menyuplai 500.000 ton tandan kosong segar kepada PLN dan angka tersebut dapat berkembang hingga 750.000 ton per tahun pada 2024 sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).

"Program ini akan menghasilkan penurunan emisi GRK (gas rumah kaca) dan berdampak pada kualitas udara di sekitar menjadi lebih baik,” ujar Ghani.

Menurutnya, co-firing biomassa dengan batu bara menawarkan aspek positif bagi lingkungan. Co-firing biomassa akan mengurangi emisi karbondioksida. Di samping itu, biomassa juga mengandung sulfur yang jauh lebih sedikit ketimbang kebanyakan batu bara. Dengan demikian, program co-firing juga akan mengurangi emisi sulfur dioksida yang cukup signifikan.

Sementara itu, menurut Kuncoro, Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan seluas 2,4 juta hektare (ha) di pulau Jawa dan Madura dan 1,3 juta ha di luar Pulau Jawa yang dikelola oleh anak perusahaan yang dapat dikembangkan menjadi hutan tanaman energi. Adapun yang telah dikembangkan hutan tanaman energi seluas sekitar 27.000 ha dari rencana seluas sekitar 70.000 ha.

"Ke depannya Perhutani juga akan menyiapkan industri biomassa berbasis tanaman hutan untuk menghasilkan produk wood pellet atau wood chip," katanya.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan